Wali Kota Padang Non Aktif Mahyeldi Tatap Muka di Sungaisirih
Limapuluh Kota, Rakyat Sumbar—Mahyeldi Ansharullah makin menunjukkan perhatian besar terhadap petani. Hal ini terlihat ketika Wali Kota Padang non Aktif ini bertatap muka dengan petani jeruk di Sungaisirih, Kecamatan Gunuangomeh, Kabupaten Limapuluh Kota.
Dalam pertemuan tersebut, petani jeruk Gunungomeh menyampaikan keluh kesahnya kepada pemimpin yang sukses memimpin Kota Padang ini.
”Pak Mahyeldi, apa kabar?” tanya seorang petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Ambun Pagi dalam pertemuan di rumah salah seorang warga tersebut. Pada pertemuan ini, Mahyeldi sama-sama duduk berselo bersama warga dengan memakai kain sarung.
”Alhamdulillah sehat,” jawab Mahyeldi singkat dengan senyum khasnya.
Selepas itu, calon pemimpin Sumbar itu mendengar keluh kesah petani. Mahyeldi begitu serius mendengarkan. Apalagi setelah mendengar pernyataan petani yang menyebutkan bahwa harga jeruk Gunungomeh anjlok, beberapa waktu belakangan.
”Pada saat ini harga jeruk kita jatuh pak. Jika ada pabrik pengolahan jeruk, mungkin akan membantu petani jeruk,” ucap seorang petani kepada Mahyeldi.
Jeruk Gunungomeh pada saat ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat Sumbar, termasuk beberapa provinsi di luar Sumbar. Rasa yang manis dengan harga murah, dengan bentuk yang sangat menarik, membuat jeruk ini banyak peminat. Tetapi, pada saat ini harga ditingkat petani merosot tajam.
”Kalau harga jeruk tidak jatuh seperti sekarang, alhamdulillah ekonomi masyarakat bisa bergerak. Namun kalau sekarang, kita kesulitan memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga,” ujar anggota kelompok tani lainnya.
Diakuinya, bila pabrik pengolahan jeruk dibangun, diyakini bisa mengangkat perekonomian masyarakat setempat.
Mendengarkan itu, Mahyeldi mencarikan solusi. Menurutnya, jawaban masalah itu yakni dengan membentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dibantu oleh pemerintah setempat. Sehingga, nantinya petani jeruk diuntungkan.
“Atau, bisa juga dengan mengemas jeruk secara baik, dikirim ke mall atau swalayan. Atau, mengolahnya dengan bentuk lain,” tutur Mahyeldi dalam pertemuan yang juga dibarengi dengan mencicipi enaknya jeruk Gunungomeh ini.
Mahyeldi mengakui bahwa rasa jeruk Gunungomeh begitu manis. Manisnya sampai ke lidah siapa saja. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 ini, jeruk dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Makanya, Mahyeldi menyakini harga jeruk ke depannya akan lebih terangkat lagi.
Mahyeldi juga mengimbau petani setempat tetap menjaga kekayaaan alam berupa Gunungomeh ini. Generasi muda setempat, juga dimbau untuk ikut bertani Gunungomeh ini.
Dalam kesempatan itu, Mahyeldi mendorong petani setempat juga lebih mengembangkan peternakan, salah satunya ternak sapi. Untuk pakan ternak bisa dibuat melalui fermentasi.
”Usaha peternakan sapi ini sangat menguntungkan bila dikelola dengan baik. Daging bisa dihargaai Rp 100 ribu. Dengan tidak langsung, pendapatan petani pun bisa meningkat,” ujar dia. Terlebih, bila biaya produksi ditekan.
Di Padang, kalau ada yang punya sapi betina lahir anaknya dan sehat, menurut Mahyeldi, pihaknya memberi insentif. Hal ini dilakukan agar peternak bisa lebih bersemangat menjalankan usahanya.
”Makanya, kita dorong bagaimana masyarakat memelihara sapi betina dan menghasilkan anak,” kata beliau.
Lulusan Fakultas Pertanian Unand ini menyakini bahwa prospek sektor pertanian dan peternakan masih terbuka lebar. Terlebih, sektor ini menjadi penyumbang terbesar terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) Sumbar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sektor pertanian berkontribusi sebesar 15,46 persen pada struktur pertumbuhan PDB triwulan II tahun 2020. Meningkat dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 13,57 persen.
”Di masa pandemi ini kebutuhan pangan masyarakat semakin meningkat, dan ekonomi sulit. Secara internasional masalah pangan ini salah satu program strategis. Dengan kita konsens terhadap pertanian, kita bisa menjawab kebutuhan masyarakat dan kebutuhan secara internasional,” ujar Mahyeldi.
Untuk mendorong tumbuh kembangnya sektor pertanian ini, Mahyeldi menekankan perlunya dilakukan pembenahan irigasi, cetak sawah baru dan mendirikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Melalui BUMD harga komoditi pertanian terjamin. (edg)