rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda » Menyongsong MTQ ke-28/2020, di Sumbar: ”Terasa Usia Kembali Muda..”

Menyongsong MTQ ke-28/2020, di Sumbar: ”Terasa Usia Kembali Muda..”

Dari kiri ke kanan, Joni Nurdin, Asmiati Aziz, Firdaus Ilyas dan Firdaus Abie.

Firdaus Abie – Padang

Pertengahan November 2020 ini, MTQ Nasional ke-28,  dilaksanakan di Sumbar. Pelaksanaan ini, sekaligus membuka momori lama. Tiga puluh tujuh tahun silam, MTQ ke-13, tahun 1983, juga dilaksanakan di Sumbar. Kenangan tersebut, setidaknya dibeberkan empat orang yang pernah terlibat langsung dan tak langsung pada MTQ tersebut.

Keempat orang tersebut; Firdaus Ilyas, Joni Nurdin dan Asmiati Aziz, serta Gafar Salim. Tiga nama pertama merupakan penggerek bendera MTQ. Nama terakhir, akuntan publik yang melakukan audit keuangan MTQ.

Ketiga penggerek bendera tersebut sudah menjalani usia purbakakti sebagai ASN. Firdaus Ilyas, terakhir ASN di Kota Padang. Joni Nurdin, ASN di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Barat. Asmiati Aziz sebagai pegawai di PT Pembangunan Perumahan di Ujungpandang.

Ketiganya mengaku, sama-sama tidak menduga kalau dirinya dipercaya menunaikan tugas menggerek bendera tersebut. Asmiati, ketika itu, sudah kuliah. Tiba-tiba ada panggilan untuknya. Ia langsung bergabung dengan peserta yang dipersiapkan untuk menggerek bendera. Dirinya tak menduga kalau kemudian dia yang menerima bendera MTQ dari panggung kehormatan dan kemudian di bawa bersama anggota Paskibra lainnya.

“Persiapan hanya sekitar sebulan,” kata isteri dari Bambang Sutrisno, mantan Kadis Pendidikan Kota Padang.

Dua temannya, Firdaus Ilyas dan Joni Nurdin juga menyampaikan perihal yang sama. Tak menduga mendapatkan kepercayaan hebat tersebut.

“Saya menduga, pelatih dan pembina mungkin ingin lebih praktis saja, mempersiapkan orang yang sudah jadi,” kata Joni Nurdin, mengenang.

Betapa tidak. Ketika itu, Joni Nurdin merupakan anggota Paskibra yang bertugas di Provinsi. Sedangkan setahun sebelumnya, Firdaus Ilyas merupakan anggota Paskibra Sumbar yang bertugas di Istana Negara. Asmiati Aziz juga bertugas di Istana Negara, tahun 1978.

Ketiganya membeberkan banyak kenangan. Asmiati Aziz berkisah, sekali pun dirinya memperoleh “tiket” untuk membawa bendera MTQ, namun tidak otomatis dirinya bisa lebih santai. Perlakuan dan disiplin tak bisa ditawar-tawar. Semua tetap harus sama! Disiplin merupakan hal mutlak yang tak bisa dilanggar.

“Saya beruntung dan bersyukur pernah menjalani aktivitas sebagai anggota Paskibra ini,” katanya.

Selain disiplin, mental juga diuji. Kendati begitu, suasana latihan juga diselingi beragam suasana. Tidak kaku sekaku-kakunya. Ada juga candaan, “suasana yang tegang bisa dibuat heboh oleh pelatih dan pembina,” kata Firdaus Ilyas.

Ia mengenang, salah seorang peserta putri, disaat latihan pagi, sempat muntah di lapangan, sehingga suasana terasa tegang. Di balik ketegangan itu, seorang pembina, yang akrab disapa Pak Abas menyeletuk, “kamu hamil ya?”

Semua tertawa, sebab milik bercanda terlihat nyata dari Pak Abas. Termasuk teman yang muntah tersebut.

“Saya tidak sarapan sebelum latihan, Pak” jawabnya.

Di antara banyak kenangan, Joni Nurdin mengungkapkan, ada temannya yang dipercaya pelatih untuk membawa nasi bungkus, justru menyembunyikan tiga bungkus nasi. Saat itu, katanya, latihannya berat, sehingga untuk makan satu bungkus, tak cukup.

Sang teman, kata Joni Nurdin, menyembunyikan ketiga nasi bungkus tersebut di tong sampah yang masih baru. Belum dipakai sama sekali. Lalu, ia kembali latihan. Disaat latihan tersebut, tiba-tiba ada petugas kebersihan mendatangi tong sampah tersebut dan mengambil isinya. Sang kawan dan Joni Nurdin terkejut.

“Ketika makan, nasi kurang tiga. Teman saya tersebut dimarahi pelatih. Untung saja Ia masih diberi jatah,” katanya sembari menyebutkan, akhirnya tiga orang pelatih mengalah dan tak dapat makan ketika itu.

Ketika orang ini, ternyata perjalanan hidupnya tak jauh dari tiang bendera. Asmiati Aziz, setelah tamat kuliah, juga masih berurusan dengan tiang bendera. Ia menjadi pembina Paskibra. Firdaus Ilyas juga demikian. Ketika Ia menjadi pegawai di Kantor Gubernur Sumbar, ada sekitar 25 tahun tak bisa lepas dari aktivitas upacara atau minimal mengurus persiapan upacara. Begitu pun ketika menjadi ASN Kota Padang, sejak 2004.

“Saya, setelah pensiun, sering juga diminta bantuan untuk mengurus persiapan upacara mau pun Paskibra,” kata Joni Nurdin, mengabdi di Dinas Pendidikan Sumbar dengan posisi terakhir sebagai Kabid Pemuda dan Olahraga, yang tak bisa dilepaskan dari aktivitas di bawah tiang bendera tersebut.

Ketiganya menyebutkan, ketika MTQ kembali ke Sumbar, seakan memantik semangat mereka kembali. Kenangan masa lalu, yang sudah 37 tahun tersebut, seakan baru terjadi kemarin.

Firdaus Ilyas mengaku, dirinya pernah memposting perihal kembalinya Sumbar sebagai tuan rumah MTQ, lalu menjemput kenangan masa lalu. Ternyata, belakangan, bermunculan saja postingan dari mereka yang pernah terlibat pada hajatan besar tersebut. Ada yang menyebutkan dirinya ikut tari massal, ikut aubade, ada juga yang ikut menjemput dan mendampingi Presiden Soeharto dari Bandara Tabing ke lokasi acara dan beragam aktivitas lainnya.

Keuangan Berlebih

Gafar Salim yang kini sudah berusia kepala tujuh, juga memiliki memori tersendiri dari aktivitas MTQ Nasional ke-13. Katanya mengenang, tiba-tiba Ia dihubungi Gubernur Sumbar (ketika itu) Azwar Anas.

“Saya diminta untuk melakukan audit terhadap seluruh biaya pelaksanaan MTQ,” kata Gafar Salim, mengenang peristiwa tersebut.

Gafar Salim

Mendapat permintaan itu, Ia terkejut. Antara ragu, kuatir dan beragam rasa berkecamuk dalam dirinya. “saya tahu, ini kegiatan besar,” katanya.

Dalam beragam perasaan itu, Ia kemudian menyanggupi permintaan tersebut. Katanya, ternyata catatan dan pembukuan panitia sangat detail karena sejak awal  Azwar Anas selalu mengingatkan panitia bahwa keuangan akan diaudit akuntan publik.

“Hasil audit, seluruh catatan lengkap. Bersih. Malahan ada tersisa keuangan lebih kurang tiga ratus jutaan,” katanya. (*)

About Post Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *