Indak Talok Den Kanai Ati, Masih Pedulikah Kita dengan Bahasa Daerah Sendiri?
Padang, rakyatsumbar.id — Seberapa pedulinya orang di masa kini dengan bahasa daerahnya? Dirilis dari http://Kompas.com, sebanyak 11 bahasa daerah yang ada di Indonesia dinyatakan punah. Selain itu, ada empat bahasa daerah yang dinyatakan kritis dan dua bahasa daerah mengalami kemunduran.
Bahasa yang punah tersebut berasal dari Maluku yaitu bahasa daerah Kajeli/Kayeli, Piru, Moksela, Palumata, Ternateno, Hukumina, Hoti, Serua dan Nila serta bahasa Papua yaitu Tandia dan Mawes. Sementara bahasa yang kritis adalah bahasa daerah Reta dari NTT, Saponi dari Papua, dan dari Maluku yaitu bahas daerah Ibo dan Meher.
“Ada juga 16 bahasa yang stabil tapi terancam punah dan ada 19 bahasa yang masuk dalam kategori aman,” tutur Kepala Bidang Perlindungan Pusat Pengembangan dan Perlindungan Badan Bahasa Jakarta Ganjar Harimansyah di aula kampus UNTAG Banyuwangi, Sabtu (10/2/2018).
Dikutip dari liputan6.com, Unesco menyebutkan, setiap 15 hari sekali bahasa daerah di Indonesia akan punah. Ancaman kepunahan bahasa sudah di depan mata.
Akankah ini dibiarkan?
Novel Indak Talok Den Kanai Ati, merupakan salah satu upaya dari putra bangsa asal Ranah Minang, Firdaus Abie, untuk melestarikan “Bahasa Ibu”-nya tersebut dengan cara menghadirkan novel dengan bersetting generasi muda.
Akankah Kids Jaman Now, khususnya anak-anak Minang tertarik? (*)