Pagi Menyingkap Kekacauan: Lumpur dan Kayu Berserakan Usai Luapan Sungai di Siteba

Terlihat di salah satu gang di Berok, Siteba, warga bergotong royong membersihkan lumpur dan menumpuk kayu pasca meluapnya sungai di Siteba, Padang

Padang, Rakyat Sumbar-Malam itu, Kamis 27 November 2025, langit di Perumahan Siteba tampak muram sejak beberapa hari. Hujan yang tak kunjung reda membuat sebagian warga tak tenang, namun tidak ada yang benar-benar menyangka bahwa tepat pukul 23.00, semua berubah begitu cepat.

Satu per satu pengeras suara masjid di kawasan Siteba menyala. Suara para pengurus masjid terdengar saling bersahutan, menembus derasnya hujan dan gelapnya malam.

“Dihimbau kepada warga Siteba, air sungai telah meluap. Silahkan persiapkan diri untuk mengungsi. Jika rumah sudah kebanjiran, silakan mengungsi ke masjid. Pengurus siap membantu memfasilitasi”, bunyi pengeras suara tersebut.

Himbauan itu saling bersambung dari Masjid ke Mesjid yang lain. Dalam hitungan menit, kepanikan mulai terasa. Lampu-lampu rumah menyala terang, beberapa pintu terbuka tergesa. Ada yang mulai berkemas, menggendong anak kecil sambil berjalan cepat menuju masjid terdekat, hingga ada yang membopong manula.

Di sisi lain, Ada yang memilih bertahan, menunggu dan berjaga di depan rumah, pasrah menghadapi kemungkinan terburuk.

Dari jembatan Siteba yang lama, suara dentuman keras terdengar berkali-kali. Malam yang disertai hujan membuat situasi semakin mencekam. Dari pantauan sejumlah warga, batang-batang kayu berukuran besar yang terbawa arus deras menghantam salah satu pondasi jembatan yang berada di tengah sungai. Selain itu, air sungai melumer ke daratan, memuntahkan potongan kayu, bercampur lumpur dan ranting hingga memadati jalanan dan rumah warga.

“Kayu-kayu dari hanyut menghantam pondasi yang di tengah. Itu asal bunyi dentumannya,” ungkap seorang warga ketika ditemui Jumat dini hari (28/11).

Air terus naik hingga melewati tepian sungai, mengalir deras membawa kayu, ranting, dan lumpur. Namun, menjelang pukul 03.00, perlahan permukaan air mulai surut. Meski begitu, warga belum sepenuhnya tenang. Mereka masih berdiri di tepi jalan, menatap arus yang belum sepenuhnya jinak hingga pagi menjelang.

Ketika matahari mulai menapakkan mukanya, wajah Siteba memperlihatkan jejak kekacauan semalam. Beberapa ruas jalan dipenuhi lumpur, potongan kayu berserakan di halaman rumah warga. Tapi kepenatan malam tak menghalangi untuk membersihkan pekarangan dari tumpukan kayu dan lumpur yang terbawa arus.

Di beberapa gang perumahan di Berok Siteba, warga bahu-membahu memindahkan tumpukan kayu, mencangkul lumpur, dan membersihkan halaman.

“Kendala kami itu tumpukan kayu-kayu ini,” ujar Ujang, warga yang rumahnya ikut terdampak. “Untung kayu yang terdampar di lingkungan sini berukuran kecil, jadi bisa kami kumpulkan di satu tempat.”

Sementara itu, kondisi jembatan Siteba yang rusak akibat hantaman arus membuat warga mengambil keputusan cepat. Jembatan baru yang biasanya untuk satu jalur kendaraan, kini dibuka menjadi dua jalur demi kelancaran dan keamanan mobilitas warga.

“Ini terpaksa kita lakukan karena jembatan lama rusak semalam. Kita ingin semua selamat,” ucap seorang warga yang membantu mengatur lalu lintas. (Edg)