Oleh: Miftahur Rahmi
Mahasiswa UIN Syech M Djamil Jambek Bukittinggi
Belajar adalah komponen psikologis penting yang sangat menentukan keberhasilan akademik siswa, terutama selama jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), ketika mereka sedang dalam tahap pencarian identitas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana guru-guru di SMP Negeri 1 Hiliran Gumanti menggunakan strategi inovatif dan holistik untuk meningkatkan minat belajar siswa.
Pendekatan studi kasus yang digunakan kualitatif , subjek penelitian adalah guru mata pelajaran, kepala sekolah, dan perwakilan siswa. Observasi kelas, wawancara mendalam, dan analisis dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga pilar utama berdiri di balik upaya untuk meningkatkan minat belajar: Pembelajaran kontekstual dan berbasis proyek (PjBL), pemanfaatan teknologi dan media interaktif dan pendekatan humanis-personal. Penelitian ini merekomendasikan praktik terbaik ini untuk sekolah lain untuk mengatasi tantangan penurunan minat belajar di era digital.
Strategi ini terbukti dapat mengubah cara siswa melihat belajar, meningkatkan keterlibatan aktif di kelas, dan menumbuhkan motivasi intrinsik.
Siswa SMP seringkali menghadapi kesulitan dalam belajar, terutama karena mereka berada dalam masa transisi perkembangan kognitif, psikologis, dan sosial (Santrock, 2018). Tidak terlibat dalam kelas, tidak fokus, dan tidak berusaha menyelesaikan tugas adalah beberapa contoh penurunan minat. Dalam situasi tertentu di wilayah ini, seperti SMP Negeri 1 Hiliran Gumanti, masalah ini dapat diatasi dengan kurangnya sumber daya yang tersedia dan lingkungan belajar yang tidak terstimulasi.
Guru memainkan peran penting dalam menciptakan dan memungkinkan lingkungan belajar yang menimbulkan rasa ingin tahu. Minat belajar, yang didefinisikan sebagai kecenderungan menetap untuk memerhatikan dan ikut serta dalam kegiatan tertentu (Sardiman, 2018), harus dikembangkan melalui strategi pengajaran yang menarik dan relevan.
Studi kasus yang mendalam di sekolah tertentu seperti SMP Negeri 1 Hiliran Gumanti memberikan data empiris yang kaya tentang strategi adaptasi peningkatan minat ke konteks lokal dan sumber daya yang tersedia. Namun, penelitian terdahulu banyak membahas strategi umum untuk meningkatkan minat. Akibatnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan dan menganalisis upaya nyata yang dilakukan guru di sekolah untuk meningkatkan minat belajar siswa.
Hakikat Minat Belajar
Minat belajar adalah kecenderungan mental yang kuat siswa terhadap suatu materi pelajaran, yang ditandai dengan perasaan senang, perhatian yang intensif, dan keterlibatan aktif (Crow & Crow, 2017). Minat belajar terdiri dari komponen kognitif (perhatian), afektif (rasa senang), dan konatif (keinginan bertindak).
Menurut Usman (2018), guru tidak hanya berperan sebagai penyampai (informan) materi tetapi juga sebagai motivator dan fasilitator. Untuk meningkatkan minat, guru harus melakukan tiga hal: (a) mendesain pembelajaran yang relevan, (b) menciptakan suasana kelas yang ramah dan humanis, dan (c) memberikan penguatan positif, juga dikenal sebagai hadiah, yang mendorong motivasi intrinsik (Uno, 2021).
Untuk meningkatkan keterlibatan siswa SMP, diperlukan pendekatan yang melampaui pendekatan ceramah konvensional. Pendidikan dan Pembelajaran Kontekstual (CTL): mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa (Johnson, 2016).
Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL): Tugas proyek yang menantang dan autentik memungkinkan siswa bekerja sama dan memecahkan masalah nyata. Bersama-sama belajar berarti menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan sumber belajar berbasis teknologi interaktif (Graham, 2013).
Hasil observasi menunjukkan bahwa guru SMP Negeri 1 Hiliran Gumanti menggunakan Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) secara teratur. Misalnya, guru matematika dan IPA meminta siswa melakukan proyek maket tata surya dengan bahan daur ulang selama dua minggu.
Menurut Deci dan Ryan (2000), hal ini meningkatkan keterlibatan siswa dalam jangka panjang dan memberikan kebebasan mereka untuk menyaksikan proses pengerjaan. Faktor kedua ini merupakan pendorong utama untuk minat belajar. Siswa merasa bahwa pelajaran mereka memiliki arti dan manfaat nyata, berbeda dengan hanya menghafal rumus.
Kreativitas guru mengatasi keterbatasan sarana di sekolah. Guru bahasa Inggris dan guru IPS menggunakan telepon pintar siswa untuk mengakses kuis interaktif seperti Kahoot dan Quizizz serta membuat video pendek yang berkaitan dengan materi pelajaran.
Dengan menggunakan media ini, suasana kelas yang biasanya pasif dapat diubah menjadi dinamis dan kompetitif secara positif. Penggunaan teknologi yang sesuai dengan “dunia milenial” siswa terbukti berhasil menarik perhatian siswa dan mempertahankan fokus mereka (Graham, 2013).
Pendekatan humanis adalah prinsip utama yang ditekankan oleh kepala sekolah. Untuk siswa yang menunjukkan minat rendah, guru biasanya berbicara secara pribadi dengan mereka.
Strategi ini termasuk, bukan hanya memberikan nilai, tetapi juga umpan balik yang positif dan menginspirasi, mendengarkan keluhan siswa dan kesulitan belajar (Wawancara Guru B. Indo), membuat suasana kelas yang hangat dan bebas tekanan (Rogers, 1969).
Metode ini membangkitkan rasa dihargai pada siswa, yang secara psikologis sangat penting bagi siswa SMP; ini mendorong mereka untuk belajar karena mereka menghargai hubungan positif dengan guru mereka.
Dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa di SMP Negeri 1 Hiliran Gumanti, guru fokus pada perubahan metodologi dan pendekatan interpersonal.
Metode seperti PjBL/Kontekstual, penggunaan teknologi interaktif yang berhubungan dengan kehidupan siswa, dan pendekatan humanis-personal adalah yang paling efektif. Strategi ini berhasil mengubah minat siswa dari pasif menjadi aktif, dan mengubah belajar dari kewajiban menjadi aktivitas yang menyenangkan dan bermakna.
Saran, bagi sekolah, Investasi yang berkelanjutan diperlukan dalam pelatihan guru mengenai desain pembelajaran berbasis teknologi dan pembelajaran berbasis proyek, serta penyediaan akses internet yang lebih baik dan untuk guru, mencatat dan mempublikasikan hasil PjBL siswa untuk meningkatkan rasa bangga dan dorongan mereka.
Setelah strategi ini diterapkan, penelitian kuantitatif akan dilakukan untuk mengetahui seberapa signifikan peningkatan minat belajar siswa terhadap hasil akademik mereka. (*)




