Agam, rakyatsumbar.id — Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) melakukan pengecekan terhadap tiga komoditi pangan seperti Bawang Merah, Cabai Merah, dan Padi di Nagari Canduang Koto Laweh, Kabupaten Agam, Kamis, (6/11).
Pengecekan tiga komoditi itu untuk memastikan ketersediaan stok pangan dalam rangka mendukung pemerintah menjaga stabilitas harga dan pengendalian inflasi di Provinsi Sumbar hingga akhir tahun 2025.
Kepala Tim Impelementasi Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah (KEKDA) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumbar
Lukman Hakim mengatakan semua lahan pertanian bergerak dengan baik.
“Insya Allah, ketersediaan pasokan pangan bisa terpenuhi hingga akhir tahun 2025,” kata Lukman Hakim, pada sela sela pengecekan komoditi di Kelompok Tani Marapi Milenial, Canduang, Agam.
Ia melanjutkan, dari pengecekan tersebut dapat diketahui komoditi bawang merah, cabai merah dan padi sebagian ada yang telah paneh.
“Selain itu, lahan untuk cabai merah, bawang merah juga ada juga yang dipersiapkan. Artinya, bawang dan cabai berproses. Kami juga mendukung budidayanya,” ucap Lukman.
Menurut Lukman, juga ada padi yang menerapkan pola tanam alternatif menggunakan Mulsa Tanpa Olah Tanah (MTOT). Hal ini menjadi alternatif ketika terkendala ketersediaan air.
“Sawah tersebut juga menunggu panen padi dalam beberapa hari kedepan dan kami mengharapkan panennya bisa berjalan secara lancar,” ungkap Lukman.
Ia menerangkan, teradap empat langkah [4K] dalam strategi pengendalian inflasi yakni ketersedian pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif.
“Tentu kami masih bergerak di koridor itu. Berkoordinasi termasuk dengan berbagi pihak khususnya pemerintah daerah, dan kami bagian dari itu bersama elemen lainnya bergerak melaksanakan peran masing-masing,” ulasnya.
Bank Indonesia juga menyerahkan bantuan Betor (Becak Motor) untuk kelompok tani tersebut dalam rangka menunjang ketersedian pangan.
“Kami melaksanakan program BI KEKDA, mendukung penguatan pada sarana dan prasarana kelompok tani,” pungkas Lukman.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Marapi Milenial Muhammad Ridha mengatakan pada masa tanam terkendala pengairan akibat cuaca kemarau sejak beberapa bulan terakhir.
“Kami melakukan antisipasi dengan membuat kolam kecil di sekitar lahan, tetapi itu tidak berjalan cukup efektif. Kekurangan air akan berdampak terhadap tanaman,” ucap Ridha.
Ia menyampaikan, pada kelompok tani tersebut terdapat tujuh hektare
lahan untuk tanaman hortikultura seperi cabai merah dan bawang merah, serta 15 hektare untuk sawah.
“Kalau bawang yang akan panen kira kira 15 hari lagi ada 1/4 hektare, hasilnya perkiraan 3,5 ton, harga jual pada tingkat petani berkisar Rp22 ribu hingga Rp25 ribu, tergantung ukurannya, sedangkan yang sedang diolah 1 hektare menunggu masa tanam,” ucap Ridha.
Sementara itu, cabai merah sambung Ridha, yang sedang menunggu panen seluas 1/4 hektare. “Hasil panen 100 Kg hingga 200 Kg. Total bisa mencapai 1,5 ton sekali musim tanam. Harga di tingkat petani Rp60 ribu,” bebernya.
“Padi yang akan panen itu ada 1 hektare, perkiraan hasilnya 5 ton, dijual dalam bentuk gabah Rp8 ribu perkilo panen akhir November,” tambah Ridha.
Menurut Ridha, ketersediaan pasokan pangan tersebut bisa membantu kebutuhan masyarakat di Sumbar terutama di Kabupaten Agam, hingga akhir tahun 2025.
“Bank Indonesia juga memberikan bantuan sehuah Betor untuk memudahkan sarana transprotasi. Membawa hasil panen ke pasar,” tutupnya.
Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian Nagari Canduang Koto Laweh, Canduang Dinas Pertanian Kabupaten Agam, Virgi Astuty mengatakan pihaknya mendukung swasembada pangan yang dicanangkan Presiden RI Prabowo Subianto.
“Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Agam mendukung penanganan inflasi dengan melakukan bantuan ke kelompok tani pengembangan komoditi seperti bawang merah, dan lainnya,” tutup Virgi. (byr)





