Padang,Rakyat Sumbar — Dunia olahraga Sumatera Barat kembali bergema di level internasional. Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Padang (UNP), Septri, S.Si., M.Pd., resmi dikukuhkan sebagai wasit Asian Karate-do Federation (AKF), usai menaklukkan ujian ketat di Colombo, Sri Lanka, pada 2–4 Juli 2025. Keberhasilan ini menegaskan kualitas SDM olahraga Ranah Minang yang tak bisa dipandang remeh, dan menjadi bukti sah bahwa potensi lokal mampu bersaing di level Asia.
Capaian luar biasa ini disambut penuh apresiasi oleh Hamdanus, tokoh olahraga Sumbar yang juga calon Ketua KONI Sumbar. Baginya, keberhasilan Septri bukan sekadar prestasi personal, tapi menjadi cermin bahwa Sumbar memiliki talenta kelas dunia di berbagai aspek olahraga — tak hanya atlet, tapi juga wasit dan pelatih.
“Septri adalah simbol. Simbol bahwa jika dikelola dengan benar, olahraga Sumbar bisa menjadi kekuatan besar. Ia menembus batas Asia dengan integritas, kompetensi, dan kerja keras — tiga kunci yang wajib dimiliki insan olahraga,” ujar Hamdanus.
Dipo: Ini Wujud SDM Unggul dan Penuh Etika
Tak kalah antusias, Dipo, yang disebut sebagai dwitunggal bersama Hamdanus untuk maju sebagai Sekretaris KONI Sumbar, juga menyampaikan apresiasi yang luar biasa terhadap capaian Septri.
“Sebagai akademisi dan praktisi, Septri membawa dua kekuatan sekaligus: keilmuan dan pengalaman lapangan. Inilah yang kami sebut SDM unggul dan beretika — nilai-nilai yang menjadi fondasi pembaruan KONI ke depan,” tegas Dipo.
Dipo yang dikenal sebagai tokoh muda dan organisator olahraga yang tangguh menyatakan bahwa prestasi Septri akan menjadi salah satu referensi penting dalam merancang program pengembangan SDM olahraga, jika duet Hamdanus-Dipo dipercaya memimpin KONI Sumbar.
“Kami tidak mau KONI hanya jadi ‘event organizer’. KONI harus jadi pusat akselerasi prestasi dan pusat pengembangan SDM. Capaian Septri membuktikan pentingnya investasi di bidang pelatihan, sertifikasi, dan exposure internasional,” tambah Dipo.
Olahraga Sumbar Harus Bertumbuh dari Semua Sisi
Dalam pandangan duet Hamdanus-Dipo, kemajuan olahraga tak bisa hanya dibebankan pada atlet semata. Mereka menilai, kualitas wasit dan pelatih adalah dua komponen penting yang tak boleh dilupakan jika Sumbar ingin bangkit dan bersaing di level nasional dan internasional.
“Tanpa wasit yang cakap, pertandingan kehilangan nilai objektivitas. Tanpa pelatih berkualitas, atlet kehilangan arah. Maka dari itu, kami akan mendorong program sertifikasi dan insentif untuk para pelatih dan wasit yang menunjukkan prestasi, baik lokal maupun internasional,” papar Hamdanus.
Septri: Bukti bahwa Akademik dan Lapangan Bisa Menyatu
Septri yang merupakan dosen aktif di FIK UNP juga dinilai sukses membuktikan bahwa dunia akademik dan dunia praktik bisa berjalan beriringan. Ia bukan hanya mengajar di ruang kelas, tetapi juga turut mengharumkan nama Indonesia di arena karate internasional sebagai wasit bersertifikat AKF.
“Septri adalah role model. Di tangannya, teori bertemu praktik. Ia membuktikan bahwa dosen bisa berkiprah secara global tanpa harus meninggalkan tanggung jawab akademiknya,” ujar Dipo lagi.
Dengan bangga, Hamdanus-Dipo menyatakan bahwa mereka akan memastikan capaian seperti ini tidak akan menjadi peristiwa tunggal.
‘Kita akan buat sistem. Akan kita dorong lebih banyak dosen, pelatih, wasit, dan pembina olahraga Sumbar untuk tampil dan bersaing di panggung internasional. Kita siapkan fasilitas, kita bantu administratif, dan kita beri pengakuan yang setimpal,” kata Hamdanus penuh semangat.
Kolaboratif, Inklusif, dan Bertaji
Dengan semangat membawa perubahan, Hamdanus-Dipo berkomitmen membangun KONI Sumbar yang kolaboratif, inklusif, dan bertaji di semua lini. Capaian Septri akan menjadi pemicu, bukan penutup.
“Kami datang bukan membawa janji kosong. Kami datang dengan semangat kolaborasi, niat penguatan sistem, dan penghormatan terhadap kerja keras insan olahraga. Septri sudah memulai, kita tinggal memastikan banyak yang menyusul,” tutup mereka kompak.
Septri di AKF, Hamdanus-Dipo di KONI — olahraga Sumbar sedang mengukir sejarah baru. Bukan sekadar slogan, tapi kerja nyata.(*)