Pondasi Pembinaan Jangka Panjang Tersia-siakan, Syahrial Bakhtiar: U-12 tak Ada yang Urus

Ketua Umum DPP Ikatan Sarjana Olahraga Republik Indonesia (ISORI) Prof. Syahrial Bakhtiar.

Padang, rakyatsumbar.id — Ketua Umum DPP Ikatan Sarjana Olahraga Republik Indonesia (ISORI) Prof. Syahrial Bakhtiar mengungkapkan fakta mengejutkan di dunia olahraga Indonesia.

“Anak-anak usia di bawah 12 tahun, tak ada yang mengurus! Mereka terabaikan,” kata Syahrial, melalui rilis yang diterima, Senin, (12/5).

“Kalau diurus setelah 12 tahun, ya, sudah terlambat. Tidak ada yang bisa diharapkan lagi untuk mempersiapkan atlet kelas dunia,” ucap Syahrial, menyampaikan hal itu ketika silaturrahmi ISORI se-Sumbar, di rumah dinas Ketua DPRD Padangpariaman Dr. Aprinaldi, Minggu (11/5) sore.

Syahrial Bakhtiar menegaskan, percuma saja kalau pembinaan olah-raga dilakukan untuk anak usia SMP, atau di atas 12 tahun.

Secara keilmuan, dua tahap pembinaan, fundamental movement skills dan fundamental sport skills sudah terlampaui.

Setelah umur 12 tahun sudah masuk pada tahap building physical dan mental capacity, tak bisa diapa-apakan lagi.

Setelah usia tersebut, fundamental motor skill-nya sudah sulit dibentuk, berbagai keterampilan ini lah merupakan dasar untuk mempelajari berbagai keterampilan tekhik cabang olah-raga. Tak ada yang bisa diharapkan lagi!

Tiga tahap penting, masing-masing pada usia 0-6, kemudian usia 6-9, serta usia 9-12 adalah masa yang menentukan.

Tak mengherankan kalau beberapa waktu lalu Nova Arianto mau pun Shin Tae Yong, pernah mengungkapkan bahwa mereka menemui calon pemain Timnas yang belum sempurna passing, drible dan hal-hal dasar sepakbolanya.

“Di Indonesia, umur 12 tahun baru memulai latihan,” jelasnya sembari menyebutkan, seharusnya usia di bawah 12 tahun ini yang perlu diurus secara baik.

Syahrial Bakhtiar memberikan ilustrasi, PSSI memiliki lisensi berjenjang untuk pelatih.

Dimulai dari Lisensi D Nasional bisa dimiliki dan bisa melatih SSB. Usia 6-13 tahun. Setelah melatih selama 1-2 tahun, maka bisa mengikuti lisensi C AFC.

Pemegang lisensi C AFC, peserta bisa mengarsiteki klub Liga 3 Indonesia, menjadi pelatih kepala Elite Pro Academy (U-18 dan U-16), pelatih kepala klub Liga 1 wanita, dan asisten pelatih kepala klub Liga 2.

Pada tingkatan ketiga, Lisensi B AFC, dibutuhkan untuk melatih klub Liga 2 dan asisten pelatih Liga 1 dan sudah melatih tim sepakbola profesional selama 2-3 tahun.

Tahap berikutnya, Lisensi A Pro. Kursus ini merupakan syarat untuk menjadi pelatih profesional. Peserta harus melatih selama minimal 5 tahun dengan Lisensi AFC A.

“Semakin tinggi lisensi yang dimiliki, semakin jauh seorang pelatih dengan anak usia di bawah 12 tahun,” kata Syahrial Bakhtiar sembari menyebutkan, Ia pernah mendiskusikan dengan PSSI agar ada spesialisasi untuk pelatihan kepada anak-anak.

Syahrial Bakhtiar memberikan ilustrasi, ada pelatih spesialisasi anak-anak U-12. Jenjang kepelatihannya khusus pula, mungkin ada beberapa tingkatan, seperti halnya dari Lisensi D Nasional hingga Lisensi A Pro.

“Kalau sekarang, saat pelatihnya Lisensi D Nasional, mereka pegang SSB. Dua tahun kemudian, Lisensi C AFC, eh SSB ditinggalkannya. Begitu seterusnya. SSB hanya dapatkan pelatih-pelatih baru,” kata Syahrial Bakhtiar.

Mantan Ketua KONI Sumbar dua periode ini, yang berhasil menempatkan sumbar peringkat ke-5 pada PON Remaja yang diselenggarakan pada tahun 2014 di Surabaya.

Ia mengungkapkan, pernah diberikan kesempatan menatar untuk Lisensi A Pro. PSSI Satu angkatan rasanya lebih kurang 50 orang.

Dalam rentang beberapa waktu kemudian, ada lagi penataran serupa untuk Lisensi A Pro. Dua kali saja, sudah 100 orang, sementara di Indonesia hanya ada 18 klub Liga-1.

Terjadi over produksi! Sementara untuk Anak SD hingga SMP, tak ada pelatihnya Pelatih Pro nya, Padahal jumlah anak -anak diusia tersebut banyaknya lebih dari lima puluh delapan juta.

“Coba lihat, apakah ada pemegang Lisensi A Pro U-12 untuk sepakbola!”, sebut Syahrial Bakhtiar yang ketika menjadi Ketua KONI Sumbar berhasil melambungkan prestasi Sumbar dalam dua periode berturut.

Syahrial Bakhtiar yang juga seorang karateka dan pelatih tenis berlevel Pelatih Pratama Pelti menyebutkan, saat ini sport science  terus bergerak dan berkembang dengan sangat pesat.

Kemampuan seorang anak tak masanya lagi dilihat dari pandangan saja, tetapi ada ilmu khusus sedah ada instrumen untuk mendeteksi bakat olah-raga. (byr/rel)