Perpustakaan Adinegoro Sawahlunto Gelar Bimbingan Teknis Literasi Informasi

Peserta Bimtek Literasi Informasi yang digelar Perpustakaan Adinegoro Sawahlunto

Sawahlunto, rakyatsumbar.id–Berbagai kegiatan seakan tak terputus di Perpustakaan Umum Adinegoro Sawahlunto. Kali ini, perpustakaan berada di pusat kota warisan tambang Ombilin ini melakukan Bimbingan Teknis Literasi Informasi yang di ikuti 150 peserta, Senin hingga Kamis 17- 20 Februari 2025.

Tema yang diusung di Bintek adalah Peningkatan Sumber Daya Manusia Pengelola Perpustakaan untuk Sinergi Membangun Budaya Baca Literasi untuk Negeri. Dimana materi ajarnya berkaitan dengan kebutuhan informasi, penelusuran informasi, evaluasi informasi, analisis sintesis informasi dan aspek hukum serta etika informasi.

Kabid Perpustakaan Nova Zahara menyebutkan, peserta bimtek terdiri dari pustakawan, guru dan pegiat literasi, berasal dari berbagai instansi, desa dan kelurahan dibagi 4 angkatan menghadirkan nara sumber Dr.Arwendria, S.I.P, M.Si, dan Muhammad Fadli,S.Soe,M.I.Kom, keduanya merupakan dosen Ilmu Perpustakaan dan Informasi  Islam UIN Imam Bonjol Padang.

“Alhamdulillah, bimteknya sukses dilaksanakan, indikator kesuksesannya terlihat dari diskusi dan aktifnya peserta empat angkatan berinteraksi baik dengan nara sumber maupun peserta dengan  peserta dalam berbagi pengalaman tentang gerakan literasi,” tutur Nova Zahara.

Nova Zahara melanjutkan, kegiatan bimtek ini di danai APBN melalui dana alokasi khusus (DAK) non fisik 2025 dari untuk menu jang pelaksanaan kegiatan bidang peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan pengembangan perpustakaan dengan total dana senilai Rp850 juta.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jon Hendri, S.Sos, M.Si mengatakan, melalui bimtek para peserta diharapkan mampu  mengembangkan ilmu pengetahuan yang dipaparkan nara sumber dalam  mendukung pengembangan literasi informasi ditengah masyarakat.

Memahami Literasi Informasi

Dr.Arwendria, S.I.P, M.Si, dibagian presentasinya dihadapan peserta mengatakan, literasi informasi merupakan bagaimana mengenali kebutuhan akan informasi, bagaimana menentukan informasi yang dibutuhkan, lalu secara kritis mengevaluasi informasi dari sumbernya.

Seterusnya, bagaimana menggunakan informasi secara efektif untuk belajar, menciptakan pengetahuan baru, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Literasi informasi juga soal mengklasifikasi, menyimpan, memanipulasi, dan merumuskan ulang informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan dan mengakses informasi secara efisien.

Dalam teknik pengumpulan data informasi yang dibutuhkan bersumber dari survei dan kuesioner menggunakan pertanyaan terstruktur untuk memahami jenis informasi yang sering dicari, kemudian wawancara dan diskusi kelompok melalui interaksi  langsung dengan pemustaka untuk memahami kesulitan  mereka dalam mencari informasi.

Seterusnya analisis penggunaan koleksi dengan melihat statistik peminjaman, akses database, dan permintaan interlibrary loan untuk memahami tren pencarian informasi, lalu observasi perilaku pemustaka bagaimana mengamati cara pemustaka mencari informasi di katalog, website, atau database perpustakaan, dan analisis lig pencarian dengan cara mengevaluasi kata kunci yang sering dicari dalam sistim perpustakaan digital.

Mengapa kita membutuhkan informasi ? Menurut Arwendria mengutip Crawford 1978 karena aktifitas pekerjaan, disiplin/bidang/minat, ketersediaan fasilitas, posisi hirarkis individu, faktor motivasi dalam kebutuhan informasi, kebutuhan untuk mengambil keputusan, kebutuhan untuk mencari ide-ide baru, kebutuhan untuk memvalidasi ide yang benar, kebutuhan untuk memberikan kontribusi profesional dan kebutuhan untuk menetapkan prioritas dalam penemuan.

Terkait klasifikasi kebutuhan informasi yang perlu dipahami adalah tentang kebutuhan yang diungkapkan (expressed needs) dimana pemustaka secara langsung meminta informasi tertentu, kemudian kebutuhan yang belum disadari (unexoressed needs) pemustaka tidak mengetahui bahwa mereka membutuhkan informasi sampai ditunjukkan oleh pustakawan.

Lainnya adalah kebutuhan yang diantisipasi (antisipated needs) dimana pustakawan memperkirakan kebutuhan informasi berdasarkan tren dan pola pencarian sebelumnya. Dan kebutuhan mendesak (immediate needs) dimana informasi yang diperlukan untuk tugas mendesak atau keputusan cepat.

Jenis Informasi Perlu Dipahami

Diantaranya, situs web yang menyediakan akses ke informasi gambar, video, dan audio. Penggunaannya untuk menemukan informasi dokumen pemerintah, informasi terkini, saat memiliki banyak waktu untuk mengevaluasi situs.

Selanjutnya, surat kabar berupa informasi tentang kumpulan artikel yang ditulis oleh jurnalis tentang peristiwa terkini, biasanya diterbitkan setiap hari penggunaannya untuk menemukan informasi terbaru tentang suatu peristiwa, menemukan informasi lokal, membaca editorial, komentar, atau opini ahli/populer.

Majalah merupakan informasi kumpulan artikel dan gambar tentang berbagai topik populer dan peristiwa terkini. Artikel ditulis oleh jurnalis untuk masyarakat umum, penggunaannya untuk menemukan informasi opini tentang topik populer atau peristiwa terkini, mempelajari lebih lanjut tentang suatu topik jika bukan seorang ahli dalam bidang tersebut.

Kemudian, artikel ilmiah yang menyediakan informasi kumpulan artikel yang ditulis oleh akademisi atau pakar di bidangnya, artikel ilmiah, juga disebut artikel akademik dapat ditemukan dalam basis data mencakup berbagai topik, baik penelitian asli maupun analisis suatu isu atau topik. Penggunaanya untuk menemukan penelitian asli, menemukan studi spesifik dalam suatu bidang penelitian, dan menemukan tinjauan pustaka tentang suatu topik.

Buku menjadi informasi yang memberikan cakupan mendalam tentang suatu subjek. Seringkali mencakup informasi historis atau kontekstual mengenai suatu topik yang penggunaannya untuk menempatkan suatu topik dalam konteks, mempelajari sejarah suatu topik, menemukan analisis mendalam atau ringkasan suatu topik.

Materi referensi yang menjadi informasi tentang materi seperti kamus, ensiklopedia, dan buku pegangan dianggap sebagai bahan referensi. Materi referensi dapat ditemukan dalam bentuk cetak maupun daring. Penggunaannya untuk mempelajari lebih lanjut tentang suatu topik (penelitian latar belakang), dan menemukan istilah kunci, tokoh atau tanggal.

Bimtek Literasi informasi menurut Drs Irzam K, saat itu mewakili PJ Wako Sawahlunto bertujuan untuk mempercepat tercapainya masyarakat cerdas informasi dan melek digital memerlukan kerjasama antara pemerintah dengan lembaga pendidikan serta komunitas penggerak literasi.

Saat ini, lanjut Irzam, pada era digital masyarakat dihadapkan dengan arus informasi sangat deras sehingga kemampuan literasi informasi jadi sangat penting untuk menghindari informasi hoax dan miss informasi.

Pemerintah, katanya,  sangat mendorong partisipasi masyarakat dalam peningkatan kapasitas sumber dayanya melalui program pengembangan fasilitas perpustakaan, kampanye literasi, dan kebijakan pelibatan masyarakat dalam kegiatan literasi. Semua ini untuk meningkatkan indeks pembangunan literasi masyarakat (IPLM) dan tingkat gemar membaca (TGM).

Peran pustakawan, guru, dan pegiat literasi sangat strategis. Pustakawan jadi garda terdepan dalam menyediakan akses informasi, guru sebagai pendidik menanamkan budaya literasi kepada peserta didik, sementara pegiat literasi adalah penggerak jadi jembatan literasi bagi masyarakat luas.

“Pemerintah mengajak peserta bangun kolaborasi dan inovasi mengembangkan program-program literasi. Karena literasi merupakan kata kunci dalam membangun sumber daya manusia berkualitas, beriman dan bertakwa,” ungkap Irzam.

Capaian Kinerja Perpustakaan

Berdasarkan kajian Perpustakaan Nasional, peningkatan nilai IPLM Pustaka Adinegoro mencapai 94,81 meningkat dari tahun 2023 hanya 88,33. Kemudian TGM 2024 67,45 meningkat dari tahun 2023 dengan capaian 64,13.

Sedangkan untuk bantuan buku bermutu 2024 dari Perpustakaan Nasional untuk 11 desa/ kelurahan dan rumah ibadah mendapat masing-masing 1000 buku dan 1 rak buku. Untuk tahun ini di rencana alokasi diberikan untuk 28 desa/ kelurahan. (indra yosep)