Makna Kesetian dari Pementasan Teater Orang-orang Setia

Pementasan Teater Orang-orang Setia di Gedung Kebudayaan Sumbar

“Aku kadang berkhayal menjadi pemeran diceritamu, Min,” ujar Rahman, dalam pementasan Orang-Orang Setia karya Iswadi Pratama yang diperankan oleh M. Fadli.

Pementasan Orang-Orang Setia, disutradarai M. Fadli dari UKM Teater Langkah menjadi penampilan terakhir untuk Jumat (08/11/2024) malam, pada hajatan Alek Teater yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Sumatera Barat.

Orang-Orang Setia ini dipentaskan di lapangan parkir Zona B Gedung Kebudayaan Sumatera Barat, memberikan kesan yang luas dan lapang untuk sebuah pementasan teater, sehingga pencahayaan untuk set panggung ini terasa jelas dan hangat.

Tata panggung penampilan dari UKM Fakultas Ilmu Budaya, Teater Langkah, memberikan detail realistis terhadap sebuah rumah yang sederhana untuk ditinggali dua orang lelaki paruh baya yang masih berjuang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.

Seperti letak baju, kasur dan barang-barang yang berantakan. Instrumen musik memberikan sensasi para penonton semakin terikat dengan pementasan Orang-Orang Setia.

Timing musik yang dialunkan selalu pas dengan adegan yang sedang dimainkan. Seperti ketika emosi Rahman yang sedang memuncak, memberikan kesan semakin dramatis.

Belum lagi ketika Sarmin menangisi kepergian Rahman, musik semakin mengalun melambat dan membawa kesedihan bagi penonton.

Kedua tokoh ini saling mengenal sejak muda dan memutuskan untuk tinggal bersama.

Sarmin, adalah seorang guru honorer dan Rahman seorang penjaga kamar mayat. Kedua karakter mereka sangat bertolak belakang, tetapi mereka selalu bersama

“Kere harus setia dengan kere lainnya,” ujar Sarmin.

Bentuk kesetiaan mereka, ialah mereka diundang oleh gubernur atas kesetiaan mereka akan pekerjaannya. Namun, bukan penghargaan yang mereka nantikan yang diterima, melainkan penggusuran di rumah sederhana mereka.

Tidak Sedang Berteater

Syahwa sebagai Sarmin dan M. Fadli sebagai Rahman menampilkan pementasan Orang-Orang Setia terasa tidak sedang menonton teater, melainkan melihat dua lelaki paruh baya yang sedang berargumen, berlatih menerima penghargaan di rumahnya sendiri.

Belum lagi, ketika Rahman pergi karena muak mendengarkan cerita Sarmin yang itu-itu saja. Sarmin pun merasa bersalah dan mengenang kembali masa lalunya dengan Rahman.

Kegiatan Alek Teater yang dilaksanakan sekali setahun ini, hingga Sabtu, 9 November, di Taman Budaya Dinas Kebudayaan Sumatera Barat.

Dua belas grup teater tampil pada Iven Alek Teater. Ini ke delapan kali dilaksanakan UPTD Taman Budaya Sumatera Barat.

Mulanya ada 20 grup yang terdaftar, tetapi setelah melalui proses kurasi, akhirnya 12 grup yang dinyatakan lolos hasil pengkurasian. (Zhilan Zhalila/teater Langkah Unand)

About Post Author