rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda » Dampak Minuman Cepat Saji, Gagal Ginjal Hantui Anak-anak

Dampak Minuman Cepat Saji, Gagal Ginjal Hantui Anak-anak

Padang, rakyatsumbar.id–Banyaknya aneka ragam minuman siap saji di pasaran dapat merusak kesehatan. Imbasnya, banyak anak – anak melakukan cuci darah yang diakibatkan gaya hidup dan meminum minuman yang kurang sehat.

Di tahun 2022 saja, kasus gagal ginjal akut anak yang sempat meledak. Kementerian Kesehatan mencatat, jumlah kasus itu mencapai 326 kasus dan menyebabkan 204 anak meninggal dunia hingga 5 Februari 2023 lalu.

Dari data RSUP M Djamil Padang, jumlah pasien Hemodialisia (HD) di Juni 2024 berjumlah 10 orang. Sedangkan di Juli 2024 pasien HD berjumlah 5 orang.

Hemodialisa atau hemodialisis merupakan terapi cuci darah di luar tubuh. Terapi ini, umumnya dilakukan oleh pengidap masalah ginjal yang ginjalnya sudah tak berfungsi dengan optimal.

Sedangkan pasien Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) yang di rawat di Juni 2024 berjumlah 1 orang, dan di Juli 2024 berjumlah 3 orang.

CAPD merupakan metode cuci darah yang dilakukan lewat perut. Metode ini memanfaatkan selaput dalam rongga perut (peritoneum), yang memiliki permukaan luas dan banyak jaringan pembuluh darah, sebagai filter alami ketika dilewati oleh zat sisa.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IKAI) Sumbar Dr.dr. Finny Fitry Yani SpA(K) menjelaskan, kejadian gagal ginjal pada anak sebagian besar disebabkan oleh gangguan anatomi dari saluran kemih, peradangan ginjal dan kebocoran protein di urin (dikenal dengan sindrom nefrotik).

“Belum ada laporan ilmiah terkait dampak langsung minuman ini terhadap kejadian gagal ginjal pada anak di Indonesia. Namun semua yang dikonsumsi diluar kebutuhan diet harian anak tentu akan memiliki dampak negatif terhadap tubuh anak,” ucapnya, Rabu (31/07/2024).

Belum Ada Laporan Resmi

Selain itu, Finny Fitry Yani menekankan juga, hingga saat ini belum ada laporan kasus yang menghubungkan secara langsung keracunan bahan tambahan pangan tertentu yang menyebabkan gagal ginjal di Indonesia.

“Minuman kemasan yang mengandung bahan tambahan pangan berdampak secara umum kepada kesehatan anak seperti juga pada dewasa,” tambahnya.

Finny Fitry Yani menambahkan, saat ini belum ada registrasi khusus terkait gangguan ginjal akut pada anak di Sumatera Barat.

“RSUP M Djamil, Padang sebagai rumah akit rujukan dari Sumatera Barat, Riau, Jambi, saat ini melayani paling banyak 4-5 kasus baru gangguan ginjal akut derajat 3 dan penyakit ginjal kronik stadium 5 per bulannya,” katanya.

“Untuk kasus yang membutuhkan cuci darah sekitar 1-2 kasus. Namun tidak selalu ada kasus baru di setiap bulannya dan tidak selalu membutuhkan cuci darah. Hal itu dikarenakan kita menerima rujukan apabila sudah tidak bisa ditangani di rumah sakit di daerah setempat jadi memang sebagian besar dirujuk dengan tujuan untuk dilakukan inisiasi cuci darah,” jelasnya.

Untuk kasus gagal ginjal pada anak di Sumbar, hampir sama dengan kota-kota lain memiliki layanan cuci darah untuk anak.

“Namun tentu berbeda dengan kasus di RSCM sebagai rumah sakit rujukan nasional dan rumah sakit lainnya di kota besar yang memiliki insiden yang lebih tinggi karena jumlah populasi anak yang juga lebih besar,” jelasnya.

Periksakan Tekanan Darah Anak

Finny Fitry Yani mengimbau kepada orang tua agar awas terhadap gejala dan tanda gangguan ginjal seperti perubahan frekuensi buang air kecil, perubahan perilaku anak saat buang air kecil serta warna buang air kecil anak.

“Apakah ada berbuih, berpasir atau seperti merah perasaan daging. Anak harus diberikan kebutuhan air putih yang cukup.  Anak diajarkan cebok yang bersih. Popok harus diganti setiap 3-4 jam dan setiap buang air besar,” urainya.

“Anak harus bisa berkemih sendiri di usia sekitar 3-4 tahun. Orang tua juga harus memeriksakan tekanan darah anak minimal 1 kali setahun sejak anak berusia 3 tahun. Karena anak juga bisa menderita hipertensi, kadang berlangsung diam-diam dan baru diketahui saat usia dewasa karena tidak pernah diperiksa,” ujarnya.

Yang lebih penting saat ini menurut Finny Fitry Yani menjaga kebersihan toilet sekolah. Hal ini bertujuan untuk memberi kenyamanan bagi anak untuk buang air kecil.

“Ada tren saat ini anak menahan buang air kecil dan mengurangi minum di sekolah karena toiletnya kotor. Baru buang air kecil setelah sampai di rumah. Kebiasaan ini tidak baik untuk kesehatan ginjal anak,” tutupnya. (edg)

About Post Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *