Masuki Usia 89 Tahun, Museum Rumah Adat Nan Baanjuang Jadi Sarana Edukasi Sejarah dan Budaya
Museum Rumah Adat Nan Baanjuang yang berlokasi di kawasan Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan Kota Bukittinggi, dikenal sebagai Museum Etnografi. Museum ini menyimpan koleksi benda-benda tradisional Minangkabau termasuk benda cagar budaya.
Saat ini, Museum Rumah Adat Nan Baanjuang sudah memasuki usia 89 tahun. Museum ini didirikan oleh seorang Belanda yang bernama Mr. Mondelar Countrolleur pada tanggal 1 Juli 1935.
Museum berbentuk bangunan berupa rumah tradisional yang memiliki anjuang kiri dan kanan. Hampir semua bahan bangunan masih terlihat ketradisionalannya, seperti atap bangunan dari ijuk, dinding kayu/bambu serta berlantai kayu.
Museum ini didirikan bertujuan untuk menghimpun benda-benda sejarah dan budaya Tanah Minang. Dulunya museum ini bernama Museum Bundo Kanduang. Sesuai dengan Perda Kota Bukittinggi No. 5 tahun 2005 maka berganti nama menjadi Museum Rumah Adat Baanjuang. Luas bangunannya ialah 2798 m2.
Kebanyakan koleksi Museum Rumah Adat Baanjuang ini termasuk dalam kategori etnografika, numismatika, binatang yang diawetkan, dan sebagainya.
Menariknya, museum ini juga menyimpak awetan binatang dengan kondisi fisik langka, sebagaimana koleksi yang dipajang di vitrin, terdapat kerbau berkepala dua, berkaki delapan, hingga kambing yang bermuka dua. Tersimpan juga koleksi miniatur rumah gadang, surau, rumah makan, yang kesemuanya amat menarik perhatian, dikarenakan rumah-rumah tradisional tersebut ternyata kian makin sulit ditemukan di Tanah Minang.
Momentum Hari Jadi Museum Rumah Adat Nan Baanjuang ke 89, Rakyat Sumbar mencoba menelusuri benda-benda bersejarah dan tradisional,yang bersemayam di museum tersebut.
Saat memasuki museum, kami disambut ramah oleh para petugas museum. Kemudian, kami langsung melihat-lihat benda-benda koleksi yang ada. Selain itu, museum juga sudah ramai oleh para pengunjung.
Selang tidak berapa lama, kami bertemu dengan Santi, Sang Edukator Museum Rumah Adat Nan Baanjuang.
Lalu, Santi menceritakan di Museum Rumah Adat Nan Baanjuang, para pengunjung mendapat edukasi tentang benda-benda koleksi di museum. Mereka juga disuguhkan pelayanan prima dari seluruh petugas atau staf Museum Rumah Adat Nan Baanjuang.
“Melalui Pelayanan Prima yang kita berikan, para pengunjung merasa nyaman di dalam museum. Khusus pengunjung kita banyak berasal dari keluarga dan sekolah-sekolah di Kota Bukittinggi maupun luar Sumbar. Kita juga pernah mendapat kunjungan dari tamu-tamu Negara Asia dan Eropa. Untuk tamu mancanegara, mereka mengunjungi museum sekaligus bertanya tentang budaya alam Minangkabau. Mereka pun sangat antusias datang ke Museum Rumah Adat Nan Baanjuang ini,”terang Santi.
Menurut Santi, Museum Rumah Adat Nan Baanjuang juga dimanfaatkan untuk pertemuan dari instansi dan sebagainya, Pra Karantina ajang Bujang jo Gadih, pertemuan bundo kanduang, tempat Pre-Wedding dan sebagainya.
Mayoritas pengunjung menanyakan semua benda koleksi. Santi dan tim Museum Rumah Adat Nan Baanjuang menerangkan per benda. Koleksi yang paling menarik adalah patung satwa berkepala dua serta mata uang.
Di dalam Museum RANB ini, juga ditemukan sebuah benda cagar budaya meriam yang juga ada pelurunya. Museum RANB memilii barcode, website dan sebagainya. Pengunjung mengisi buku tamu memakai barcode. Selain itu, iven-iven dan kegiatan Museum Rumah Adat Nan Baanjuang bisa dilihat di website, instagram dan facebook museum.
“Setiap bulan, pengunjung Museum Rumah Adat Nan Baanjuang meningkat.Bulan Juni 2024, ada sebanyak 7700 pengunjung. Kita berharap tambah banyak anak sekolah atau siswa yang tahu tentang benda-benda tradisional Minangkabau. Mereka dapat merasakan enak dan asyiknya belajar di museum,”harap Santi.
Sementara itu, Kabid Kebudayaan Disdikbud Bukittinggi H.Heru Triastanawa mengungkapkan Bidang Kebudayaan selalu berinovasi untuk Museum Rumah Adat Nan Baanjuang.
“Kita terus mempromosikan kegiatan untuk pelajar dan memperkenalkan museum. Kita akan terus menambah koleksi benda cagar budaya dan peninggalan di Museum Rumah Adat Nan Baanjuang. Kedepan, kita ingin ada studio untuk pemutaran film sejarah Bukittinggi dan Kurai V Jorong sehingga pengunjung tidak monoton. Untuk kunjungan cukup meningkat terutama Sabtu dan Minggu.Mereka pun berkeliling melihat koleksi Museum Rumah Adat Nan Baanjuang tersebut. Semoga kedepan, kita bisa menambah fasilitas di Museum Rumah Adat Nan Baanjuang termasuk pagelaran seni, galeri budaya dan sarana kuliner khas Kurai,”ungkap Heru.
Sejumlah generasi millenial yang berkunjung ke Museum Rumah Adat Nan Baanjuang menyampaikan kekagumannya terhadap isi koleksi museum.
Bela, Nayla, Puja dan Raysa dari SMAN 5 Bukittinggi mengaku bahwa mereka bisa belajar di museum ini sekaliugus melihat secara dekat benda-benda cagar budaya dan tradisional Minangkabau di masa lampau.
Kunjungan dan penelesuran di Museum Rumah Adat Nan Baanjuang berakhir seiring sang hujan sudah turun dengan deras serta membasahi atap Museum bersejarah itu. (Trisno Edwar)