Eksistensi Museum Angkatan 66 Sumatera Barat di Bukittinggi : Memori Sejarah Pahlawan Ampera, Kenang Aksi Tritura
Eksistensi Museum Angkatan 66 Sumatera Barat di Bukittinggi.
Kota Bukittinggi memiliki sejumlah museum yang menyimpan koleksi benda-benda peninggalan sejarah tempo dulu serta foto-foto memori peristiwa masa lampau.
Salah satu museum bersejarah di Kota Jam Gadang adalah Museum Angkatan 66 Sumatera Barat.
Museum Angkatan 66 Sumatera Barat berlokasi di Jalan Ahmad Karim No.12 Bukittinggi. Museum ini didirikan bertolak dari kesadaran terhadap sejarah terutama sejarah tentang Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura).
Dimana, masa itu terjadi aksi demontrasi Kesatuan Aksi Pelajar dan Kesatuan Aksi Mahasiswa di Sumatra Barat yang menyampaikan Tritura.
Dalam aksi tersebut, gugurlah salah seorang pelajar atau siswa STM Negeri Bukittinggi Ahmad Karim, yang kemudian dikenal sebagai Pahlawan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat).
Trisno Edward—Bukittinggi
Dari penelusuran Rakyat Sumbar di Museum Angkatan 66 Sumatera Barat, kita menemukan kumpulan foto-foto memori sejarah Angkatan 66.
Koleksi foto-foto memori tersebut masih terawat rapi. Foto-foto itu meliputi kegiatan KAPPI dan KAMMI Sumatera Barat serta kegiatan Laskar Ampera. Selain itu, juga terdapat foto Ahmad Karim, siswa STM Negeri Bukittinggi yang gugur saat aksi demonstrasi Tritura di Bukittinggi masa itu.
Kemudian, Ahmad Karim dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Bakti Bukittinggi dan digelari Pahlawan Ampera.
Di samping itu, terdapat koleksi foto-foto peringatan 53 tahun Tritura 10 Januari 2019 di Auditorium Gubernuran Sumatera Barat serta bedah buku saksi sejarah Angkatan 66 Bertutur tentang Tritura dan peresmian Museum Angkatan 66 Sumatera Barat di Jalan Ahmad Karim No.12 Bukittinggi dan sebagainya.
Untuk mengetahui tentang sejarah perjuangan Angkatan 66 di Sumbar dan Pahlawan Ampera, kita bertemu dengan sejumlah Tokoh Angkatan 66 Sumbar di Bukittinggi Masfar Rasyid, Syarifudin Jas dan Asril BS.
Mereka menceritakan tentang perjuangan Angkatan 66 serta latar belakang pendirian Monumen Angkatan 66 di Bukittinggi.
Menurut Masfar Rasyid, pendirian Monumen Angkatan 66 Sumatera Barat untuk mengenang jasa Pahlawan Ampera serta didedikasikan untuk Ahmad Karim, siswa STM Negeri Bukittinggi yang gugur saat aksi demonstrasi.
Ahmad Karim gugur tepatnya di Jalan Luruih atau Jalan Ahmad Karim sekarang. Aksi demonstrasi Tritura terjadi 14 September 1966. Kemudian, Wali Kota Bukittinggi saat itu H.Ismet Amzis, SH setuju Monumen Angkatan 66 didirikan di Gulai Bancah tepatnya depan TMP Kusuma Bakti dimana Ahmad Karim dimakamkan.
“Peristiwa gugurnya Ahmad Karim terjadi di Bukittinggi dan digelari Pahlawan Ampera. Setelah monumen selesai, ada ide dari Makmur Hendrik untuk mendirikan Museum Angkatan 66 Sumatera Barat di Bukittinggi, yang didukung Angkatan 66 di Padang.
Inisiatif Makmur Hendrik ini didukung Angkatan 66 Sumbar di Bukittinggi dan Padang.
Museum Angkatan 66 Sumatra Barat dulunya adalah Gedung Baperki. Kemudian, bangunannya diambil alih Angkatan 66,”terang Masfar diamini Syarifudin Jas dan Asril BS.
Sementara itu, Inisiator pendirian Museum Angkatan 66 Sumatera Barat di Bukittinggi Makmur Hendrik menceritakan Museum Angkatan 66 Sumatera Barat bertolak dari kesadaran terhadap sejarah. Orang banyak lupa sejarah bahkan tidak ada yang merekam sejarah.
“Pada awalnya, kami melakukan pertemuan dengan Gubernur Sumbar saat itu H.Irwan Prayitno. Kami mengatakan bahwa Angkatan 66 Sumatra Barat akan terlupakan. Lalu, kami mengingatkan Gubernur Irwan Prayitno agar Angkatan 66 tidak hilang ditelan zaman. Lalu, Gubernur bersedia meresmikan Museum Angkatan 66 Sumatra Barat di Jalan Ahmad Karim Bukittinggi. Dulu, bangunan itu adalah Gedung Baperki dan diambil alih saat demo Angkatan 66. Kemudian, Gubernur menyetujui menjadikan Museum Angkatan 66 Sumatera Barat,”ungkap Makmur sekaligus penulis Buku Angkatan 66.
Angkatan 66 Sumatera Barat mengumpulkan foto-foto agar sejarah Angkatan 66 tidak hilang. Menurut Makmur, Museum Angkatan 66 Sumatera Barat di Bukittinggi merupakan satu-satunya Museum Angkatan 66 di Indonesia.
“Apa peran Angkatan 66 sehingga dibuat museum? Angkatan 66 dibekingi oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Kalau bukan karena Angkatan 66, siapapun pejabat sekarang adalah berhaluan komunis. PKI betul-betul mengganas saat itu. Museum Angkatan 66 Sumatra Barat juga didirikan untuk mengingatkan bahwa komunis itu masih mengancam. Di museum, foto demonstrasi di Bukittinggi tidak ada tapi demonstrasi di Jakarta ada. Museum berisikan benda-benda bersejarah Angkatan 66 Sumatera Barat dan hanya ada di Bukittinggi. Kami dari Tokoh Angkatan 66 Sumatera Barat berharap seluruh bangsa Indonesia tidak lupa bahwa pernah terjadi peristiwa G 30 S/PKI. Kami juga ingin generasi muda atau millenial sekarang tumbuh kesadaran tentang sejarah melalui Museum Angkatan 66 Sumatra Barat tersebut,”terang Makmur.
Satu tahun lalu, museum ini sudah diserahkan ke Dinas Dikbud Sumatra Barat melalui Prof. Syaifullah. Apalagi, Angkatan 66 Sumatera Barat tidak punya dana terutama perawatan gedung.
“Oang banyak tidak tahu tentang Museum Angkatan 66 Sumatera Barat di Bukittinggi. Untuk itu, keberadaan museum ini butuh sosialisasi. Semoga Museum Angkatan 66 Sumatera Barat di Bukittinggi mendapat perhatian lebih dari pihak terkait serta bermanfaat bagi masyarakat Kota Bukittinggi khususnya,”pungkasnya.(*)