Mahasiswi Korea Selatan, Kim Na Jong Tertarik Keunikan Budaya Minangkabau
Mahasiswi Korea Selatan, Kim Na Jong Tertarik Keunikan Budaya Minangkabau.
Ketertarikan dengan budaya Minangkabau, itulah yang membuat Kim Na Jong, (26) mahasiswi Magister di Hankuk University of Foreign Studies (HUFS), Seoul dari Korea Selatan ke Indonesia, setelah mendarat di Jakarta, ia langsung ke Sumbar sejak awal Maret 2023 lalu.
Laporan Muharman—Padang
Awalnya perempuan kelahiran 1997 itu hanya mengenal Minangkabau sebatas dari bahan jurnal yang tersedia. Namun setelah mendengar cerita dari dosen pertukaran dari Universitas Andalas yang mengajar di kampusnya di Hankuk University di Korea Selatan, ia menjadi tertarik lebih mendalami tentang Budaya Minangkabau, dengan datang langsung ke Sumbar.
“Sebelumnya saya hanya belajar yang umum dari Indonesia, seperti Jawa dan Bali. Saat saya S1 mengambil jurusan Bahasa Indonesia, setiap semester ada dosen pertukaran dari Unand. Saat mendengar cerita dari dosen Unand tersebut, saya tertarik untuk lebih mengenal tentang Budaya Minangkabau,” sebut Kim Na Jong, Senin (20/3) lalu, di Gedung LKAAM Sumbar.
“Kalau di Korea, tak banyak tulisan tentang Minangkabau, hanya fokus Bali,Maluku dan Jawa. Minangkabau hanya terbatas,” sebutnya diwawancarai usai menjadi peserta Diskusi Bersama yang berlangsung sejak pagi hingga sore itu menghadirkan “maestro adat” Bundo Raudha Thaib dan Yus Dt Parpatih, beberapa hari lalu.
Kim yang tertarik mengenal lebih jauh tentang budaya Minangkabau, mendaftar menjadi peserta Diskusi Bersama Tokoh Adat Sumatera Barat dengan Tema Lapuak-lapuak Dikajangi, Usang-Usang di Pabarui, yang digelar Dinas Kebudayaan Sumbar tersebut. Ia merupakan satu-satunya dari luar negeri yang hadir langsung mengikuti diskusi ini.
Ratusan peserta mengikutinya, ada yang hadir langsung di Balairung Marawa Basa, Kantor LKAAM Sumbar dan lainnya mengikuti secara daring. Peserta dari diskusi tersebut adalah generasi muda, mandeh sako dan mamak kepala waris di Sumbar.
Saat mengikuti diskusi bersama itu, Kim yang tertarik dengan adat dan budaya Minangkabau itu terlihat begitu antusias menyimak menyampaikan pemateri yang juga disertai sesi tanya jawab tersebut. Dengan menggenakan kemeja putih, menggunakan selendang warna hitam sebagai menutup kepalanya itu duduk bersama peserta perempuan seusianya dari beberapa kampus di Sumbar.
“Saya kira kegiatan seperti ini sangat baik untuk mengenal lebih dekat dengan Minangkabau,”sebutnya terkait diskusi bersama yang dilaksanakan Dinas Kebudayan Sumbar tersebut.
Ia menyampaikan, budaya Minangkabau itu sangat unik dan sangat bernilai untuk dipelajari. Seperti sistem kekerabatan yang dianut, Minangkabau dengan sistem matrilineal sedang Islam dengan patrilineal.
“Menurut saya, itu sangat unik untuk dipelajari lebih banyak. Sehingga saya memilih Minangkabau sebagai tesis, khususnya hukum adat di Minangkabau,” ungkapnya.
Perempuan Korsel yang sudah fasih berbahasa Indonesia itu, menyebutkan juga mendapatkan dukungan kedua orangtuanya untuk mengenal budaya Minangkabau dengan datang langsung ke Sumbar.
Sebenarnya ia tidak langsung memilih tentang budaya Minangkabau untuk topik tesisnya. Awalnya hanya mengkaji sudut pandang orang Minangkabau terhadap Rancangan Undang-Undang Hukum Pidana yang sejumlah pasalnya kontroversial.
“Awalnya saya akan membahas tentang RKUHP dari sudut pandang orang Minangkabau, atau Sumatera Barat. Sebab sudut pandang RKUHP ada beberapa pasal yang cukup menjadi isu hangat. Pasal itu juga menjadi isu hangat di Korea,” ungkap Kim yang sejak 2 Maret lalu telah berada di Sumbar.
Setelah dirinya bicara sejumlah sumber di Sumbar, Kim menyebutkan ternyata orang di Sumbar lebih memperhatikan hukum adat Minangkabau. Jadi sekarang ia lebih fokus pada hukum adat, beberapa hal. Seperti hal sistem pewarisannya.
Kim yang berencana selama sebulan ini di Sumbar juga menilai budaya Minangkabau lebih menarik dari budaya lainnya di Indonesia.
Ia merasa posisi perempuan di Minangkabau itu cukup unik dibanding dengan wilayah lainnya di Indonesia. (*)