Gamawan Fauzi: Kehebatan Kepala Daerah Tergantung “Lakek Tangan” Humas
Pimpinan Redaksi Harian Rakyat Sumbar, Syukri Umar berdialog pada kegiatan workshop kehumasan yang digelar Harian Rakyat Sumbar, Kamis (16/3/2023).
Padang, rakyatsumbar.id – “Jika ingin menjadi kepala daerah yang sukses, maka carilah humas yang hebat.”
Hal ini diungkapkan narasumber Gamawan Fauzi Datuak Rajo Nan Sati mantan Menteri Dalam Negeri Indonesia periode 2009–2014 di hadapan perwakilan Humas 19 Setda Kota/Kabupeten di Sumatera Barat, Kamis (16/3/2023).
Hal itu ia tegaskan ketika menjadi narasumber pada gelaran yang dibentang Harian Rakyat Sumbar sebagai salah satu media cetak di Sumatera Barat pada kegiatan workshop kehumasan yang melibatkan kehumasan yang ada di 19 kota/kabupaten di Sumatera Barat yang berlangsung di Hotel Daima, Padang.
Dalam kesempatan tersebut, mantan Kepala Biro Hubungan Masyarakat (Humas) era Gubernur Sumbar Hasan Basri Durin ini menyampaikan, citra kepala daerah tergantung kepiawaian humas dalam memainkan perannya di kehumasan.
“Humas itu sangat penting, karena baik buruknya organisasi terlihat siapa yang menjadi humasnya. Jadi, pada saat itu, wajar yang menduduki Kepala biro humas, lambat laun akan menjadi kepala daerah,” paparnya.
Lebih lanjut, Mantan Gubernur Sumbar periode 2005–2009, dan Bupati Solok dua periode sejak 1995 hingga 2005 ini menambahkan, di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu menyampaikan, peran Humas sangat penting, karena corong pemberitaan terdapat di Humas, dan tidak ada lagi statement tambahan dari yang lain.
“Kita lihat saat ini, terjadi kesimpangsiuran informasi yang disebabkan tidak satu corong dalam memberikan statement atas fenomena yang terjadi. Seperti perbedaan sikap antara Menteri BUMN Erick Thohir dan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan dalam menyikapi kasus kebakaran di Depo Pertamina Plumpang menimbulkan kebingungan publik.”
“Erick Thohir berkata akan merelokasi Depo Pertamina Plumpang ke lahan milik Pelindo di Kali Baru, Jakarta Utara. Sedangkan Luhut menegaskan bahwa warga sekitar Depo Pertamina Plumpang yang harus pindah atau mau direlokasi. Jelas perbedaan ini tidak ada di era SBY, yang bicara hanya satu pintu. Jelas tidak ada juru bicara istana,” jelasnya.
Gamawan Fauzi menambahkan, pada saat ini peran dari humas dalam sebuah organisasi sangat berat, karena tuntutan keterbukaan informasi.
“Sekarang era keterbukaan, publik wajib mendapatkan informasi, dan pemerintah wajib memberikan informasi secara detail,” jelasnya.
Oleh karena itu, Gamawan Fauzi menjelaskan , Humas harus bisa membangun citra positif pemerintahan dengan cara memberikan informasi secara mendalam.
“Saat ini tidak ada berita yang berkualitas. Tidak ada berita yang dikupas secara mendalam. Berita yang ada cenderung bersifat menceritakan, tanpa ada ulasan yang mendalam. Saya pun membaca berita yang terbit hari ini.”
“Beritanya seperti,”Gubernur menghadiri, Gubernur melepas tentara, atau Gubernur makan malam. Saya membaca berita yang tersajikan tidak berdaging, dan terlihat hanya sebagai berita sampah. Tidak ada berita yang berkualitas yang dilakukan dengan analisis.”
“Saat ini sangat jarang kita membaca berita yang berkualitas. Oleh karena itu, humas sangat berperan dalam menyajikan berita – berita yang berkualitas yang penuh analisa. Cukup membaca judulnya saja hari ini, telah jelas isinya,” paparnya.
Gamawan Fauzi mengajak Humas untuk bersinergi dengan media agar dapat menyajikan berita – berita yang berkualitas dan meningkatkan elektabilitas daerah dan kepala daerah.
“Pada saat ini kita disuguhi begitu banyak perubahan. Humas yang cerdik akan dalam menyiasati perubahan ini.”
“Einstein menjelaskan semua manusia jenius di bidangnya. Oleh karena itu, humas harus bisa memanfaatkan keadaan untuk di gondok menjadi berita hebat, seperti menjelaskan bagaimana Sumbar 5 tahun yang akan datang,” paparnya.
Gamawan Fauzi menekankan terdapat empat fungsi Humas dalam sebuah organisasi, pertama menjadi konsultan, juru bicara, menyerap aspirasi masyarakat, dan mengekliping selera dari masyarakat.
“Sebagai contoh ketika menyikapi kebakaran. Jika kebakaran terus terjadi secara berulang – ulang, itu ada apa. Ingat, menjadi seorang Humas adalah seni. Seorang Humas harus bisa menjadi manager untuk pimpinannya,” tambahnya.
Ke depan, dalam menyikapi perubahan zaman, Gamawan Fauzi menyarankan Humas harus bisa menyajikan berita – berita yang berkualitas dan di kaji secara mendalam.
“Tidak ada pemberitaan yang mengulas Pariangan menjadi desa terindah di dunia. Tidak ada tulisan yang menjelaskan sejarah Randang dan aneka rasa Randang di Sumbar. Tidak ada pemberitaan yang menjelaskan Masjid Raya Sumbar dibangun oleh tujuh orang arsitek, dan tidak ada pemberitaan yang menjelaskan sejarah Islam masuk ke Sumbar.”
“Di sini dituntut kerja dari humas dalam menyajikan berita secara mendalam,” tutupnya.
Libatkan 19 Humas Kota/Kabupaten
Pimpinan Redaksi Harian Rakyat Sumbar Sukri Umar dalam kesempatan tersebut menjelaskan, kegiatan workshop kehumasan yang melibatkan kehumasan yang ada di 19 kota/kabupaten di Sumatera Barat bertujuan melihat peran kehumasan di masa dulu dan di masa yang akan datang.
“Kita sengaja menghadirkan Gamawan Fauzi sebagai narasumber, karena beliau dianggap sebagai Kabiro Humas yang sukses di eranya. Kita berharap, pencerahan yang diberikan bermanfaat bagi dunia kehumasan di berbagai instansi pemerintahan,” tutupnya. (edg)