PKM ISI Padangpanjang Latih Pembuatan Sibori
PKM ISI Padangpanjang latih siswa SMAN 1 Lubuk Alung cara membuat Sibori.
Padangpanjang, rakyatsumbar.id -Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang melakukan pelatihan Shibori.
Pelatihan ini terhadap siswa-siswa di SMAN 1 Lubuk Alung Kabupaten Padangpariaman.
Kegiatan ini sebagai bentuk pengembangan dari mata pelajaran Seni Budaya.
Kegiatan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dalam pengalaman apresiasi maupun pengalaman berkreasi.
Hal ini untuk menghasilkan suatu produk berupa benda nyata yang bermanfaat langsung bagi kehidupan peserta didik.
Dalam mata pelajaran tersebut, peserta didik melakukan interaksi terhadap produk kerajinan dan teknologi yang ada di lingkungan peserta didik.
Kemudian berkreasi menciptakan produk kerajinan maupun produk teknologi secara sistematis.
Sehingga diperoleh pengalaman konseptual, pengalaman apresiatif dan pengalaman kreatif.
Hasilkan Produk Kerajinan
Menurut Ketua PKM ISI Padangpanjang Dini Yanuarmi, S.Sn., M.Sn mengatakna, tim yang terdiri dari Dosen dan Mahasiswa ISI Padangpanjang tersebut bertujuan menghasilkan produk.
Berupa kerajinan dengan menggunakan media tekstil.
Proses pengerjaan yang sederhana, akan tetapi menghasilkan produk yang memiliki nilai inovasi.
Shibori berupa kesenian khas Jepang yang menciptakan pola pada kain melalui proses pencelupan pada pewarna khusus.
“Shibori adalah produk tradisional khas Jepang yang proses pembuatannya menyerupai batik.”
Teknik Shibori juga sekilas serupa dengan teknik tie dye yang ditemukan pertama kali di Amerika Serikat,” katanya.
Apabila dilihat dari cara pembuatannya, lanjut Dini, memang masih tradisional dengan membagi kain menjadi dua sisi.
Yaitu sisi yang akan diwarnai dan sisi yang akan dilindungi dari warna. Kain harus diikat terlebih dahulu sebelum dicelupkan ke pewarna.
Kain juga bisa di lipat apabila menginginkan pola-pola tertentu. Perlindungan dari warna dapat di lakukan dengan cara melipat, melilit, dan mengikat kain.
“Perlindungan ini sebagai perintang layaknya prinsip pembuatan batik. Perintang sengaja di pasang untuk menahan warna.”
“Ini agar tidak mudah meresap ke bagian kain yang tidak ingin diwarnai. Perbedaan Shibori dengan batik adalah bahan perintang yang digunakan.”
“Kalau batik menggunakan canting, maka Shibori hanya perlu dilipat atau di simpul sesuai hasil pola yang diinginkan,” lanjutnya.
Menurut Dini, produk ini adalah sebagai bentuk inovasi dan pengembangan terhadap mata pelajaran Seni Budaya.
Para siswa memiliki kreatifitas yang dapat dituangkan melalui praktek pembuatan Shibori ini.
Banyak pola dan motif yang dihasilkan sebelumnya oleh para perajin Shibori dan ikat celup.
“Akan tetapi dengan pola yang sama, dapat menghasilkan motif yang berbeda-beda.”
“Hadirnya produk inovasi berupa produk fashion dan interior ini adalah untuk meningkatkan kreatifitas dan skill para siswa dalam berolah seni.”
“Selain sebagai bentuk usaha mempertahankan budaya yakni kerajinan tradisi yang sudah ada,” ungkapnya.
Memiliki Beberapa Teknik
Ditambahkan Nofi Rahmanita, Shibori memiliki beberapa teknik dalam pembuatannya.
Diantaranya Arashi Shibori dibuat dengan cara melilitkan kain pada sebuah tiang atau bambu yang diikat kencang menggunakan benang yang melilit di sepanjang tiang.
Kemudian kain tersebut didorong sampai membentuk kerutan. Barulah setelah itu dicelupkan ke dalam pewarna.
“Hasil nyata yang diperoleh dari kegiatan ini selain produk yang disebutkan, juga berupa skill atau keterampilan bagi para siswa.”
“Siswa memiliki kemampuan dasar dalam membuat produk dengan teknik shibori yang inovatif,” ungkapnya.
Dalam aplikasinya, peserta mendapat bimbingan dan arahan membuat produk berupa produk fashion dan interior, yakni berupa syal dan taplak meja,” ungkapnya. (ned)