Baru Sepekan Diluncurkan, Buku Fiksi Karya Prof Deddy Mulyana Banjir Pesanan
Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana memberikan sambutan saat peluncuran buku.
Bandung, rakyatsumbar.id -Pakar Komunikasi dunia dan Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadaran (Fikom Unpad) Prof Deddy Mulyana, MA., PhD girang tak kepalang.
Buku karya tulisnya yang terakhir dan baru saja di luncurkan pada sebuah webinar, Kamis pagi (30/7/2022) lalu, ternyata sangat laris.
Padahal, buku terakhir yang di tulis itu hadir dalam bentuk karya fiksi yakni kumpulan 22 cerita pendek.
Cerpen ini pernah di tulisnya bertahun-tahun lantas di bukukan dalam tajuk “Pada Suatu Musim Semi”.
Pria santun dan rendah hati tersebut mengungkapkan ia merasa semuanya benar-benar tidak masuk akal.
“Sejak buku kumpulan 22 cerpen saya “Pada Suatu Musim Semi” terbit dan di luncurkan Kamis (30/6/2022) lalu, pemesanan ke penerbit Khazanah Intelektual terus mengalir.”
“Rata-rata pemesannya meminta agar bukunya di tandatangani penulisnya,” ungkap Prof Deddy.
Hal itu di sampaikan di kediaman pribadi, kawasan Batununggal Kota Bandung pada Rabu (6/7/2022) pagi.
Dr Aqua Dwipa Pesan 100 Buku
Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana yang sebelumnya memesan 100 buku hanya dua hari setelah peluncuran bukunya, menyampaikan kabar gembira.
“Tadi pagi Dr Aqua Dwipayana yang saya sebut tempo hari, mengabari bahwa sahabatnya, Pak Ventje Suardana.”
“Beliau Dirut PT Duta Anggada Realty dan pemilik sejumlah hotel berbintang di sejumlah kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta dan Balikpapan, memesan 150 eksemplar buku saya. Buku itu juga harus saya tanda tangani.”
“Jadi, kedua orang yang bersahabat bahkan sudah seperti saudara ini total memesan 250 buku. Ini sebuah kehormatan bagi saya,” ungkap Prof Deddy.
Senin (4/7/2022) pagi saat Prof Deddy sedang menuju kampus Fikom Unpad di Jatinangor, Kabupaten Sumedang, dari rumahnya di Bandung, tiba-tiba Dr Aqua meneleponnya.
Mengabari ada pesanan sebanyak 150 eksemplar bukunya dari Ventje. Perasaannya kaget campur gembira.
Selesai komunikasi sama Dr Aqua, Prof Deddy langsung kirim WA ke Ventje.
“Pak Ventje, selamat pagi. Ini dengan Deddy Mulyana. Semoga Pak Ventje dalam keadaan sehat ya. Saya dengar dari Pak Aqua, Pak Ventje mau pesan buku terbaru saya.”
“Wah terima kasih, Pak Ventje. Saya senang sekali.”
Ventje langsung merespon WA Prof Deddy. “Selamat pagi juga Prof Deddy Mulyana. Semoga Prof Deddy sekeluarga selalu dalam keadaan sehat walafiat. Aamiin…”
“Saya sekeluarga sehat-sehat Prof Deddy. Saya senang sekali bisa pesan langsung 150 buku melalui saudara Pak Aqua Dwipayana.”
“Saya yakin makin banyak orang yang akan menikmati membaca tulisan ini. Terima kasih Prof Deddy.🙏”
Beberapa saat kemudian lewat Dr Aqua, Ventje mentransfer ke Prof Deddy sejumlah uang untuk membayar semua buku pesanannya.”
Hal ini menambah kekagetan dan kegembiraan Prof Deddy.
Sangat Karib
Dr Aqua dan Ventje memang sudah menjadi sahabat sangat karib.
Bahkan, keduanya meski berbeda latar belakang kultur maupun agama, telah sama-sama menganggap saudara satu sama lain.
Komunikasinya melebihi saudara kandung. Mereka selalu bicara terbuka dan apa adanya, di samping saling menyemangati dan menguatkan.
Ciri yang melekat pada Dr Aqua dan Ventje adalah sama-sama memiliki kecintaan dan rasa hormat yang luar biasa pada orangtua mereka.
Bahkan juga memiliki respek dan kasih sayang yang kuat pada orang lain. Siapapun itu.
Prof Deddy mengungkapkan, seolah menjadi berkah, pemesanan buku dalam jumlah di luar dugaannya dari Dr Aqua dan Ventje, juga di susul oleh pemesanan lain terus mengalir.
“Saya ini sudah menghubungi penerbit untuk cetak sebanyak dua kali dan bukunya sudah habis.”
“Saat ini, saya tengah menunggu buku yang dicetak untuk ketiga kali.”
“Tentu ini di luar dugaan saya dan saya menghaturkan terimakasih atas semua pemesanan buku-buku tersebut,” ucap dosen favorit di Fikom Unpad itu.
Menurut Prof Deddy, awalnya ia tak berpretensi apapun pada buku kumpulan karya fiksi berupa cerita pendek tersebut.
“Buku saya yang ke-52 ini saya tulis sebagai selingan dan sebagai hobi saja. Hari ini. Tepatnya sore (Selasa 5 Juli 2022) tadi, adalah ketiga kalinya saya ‘ngantor’ di penerbit untuk menandatangani buku pesanan,” ungkap bapak dua anak tersebut.
Ia menambahkan, penerbit mengatakan, sebenarnya buku bisa di antar ke rumahnya untuk di tandatangani Prof Deddy.
“Namun karena saya tak mau merepotkan penerbit, apalagi bukunya harus dibungkus plastik dengan menggunakan alat (mesin), saya pun rela ‘ngantor’ di penerbit,” ucapnya menjelaskan.
Menurut penerbit, kata Prof Deddy, sore (Kamis 6 Juli 2022) tadi stok cetakan ke-II ini sudah habis.
“Jadi buku saya harus segera dicetak ulang lagi. Stok baru akan tersedia dalam waktu 7-10 hari.”
Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada sahabat dan sejawat yang kehabisan buku ini.”
“Pemesanan tetap bisa dilakukan via penerbit melalui WA 08112202496. Namun buku baru akan tersedia 7 – 10 hari lagi,” ungkap Prof Deddy.
Laris manisnya buku ini, menurut Prof Deddy, mungkin karena, menurut Ave Rosa A. Djalil, yang wartawan dan dosen Universitas Mercu Buana Jakarta.
Dirinya (sebagai akademisi) melakukan sebuah ‘pelanggaran yang manis’.
“Sekali lagi, terima kasih kepada para peminat buku saya yang ‘out of the box ini, khususnya kepada Pak Aqua dan Pak Ventje,” ucapnya.
Tidak Hadir Tiba-tiba
Menurut Prof Deddy, buku kumpulan cerita pendek “Pada Suatu Musim Semi” bukanlah penerbitan yang ujug-ujug atau tiba-tiba saja ada.
“Agaknya tak banyak orang tahu bahwa jauh sebelum saya menjadi akademisi, saya telah menulis puluhan cerpen.
Dalam kurun waktu 1974 – 1993, sekitar 80 cerpen saya di muat di lebih dari 20 media cetak (surat kabar dan majalah).
“Satu cerpen dalam bahasa Inggris, dan beberapa cerpen lainnya merupakan terjemahan,” jelas Prof Deddy.
Ia mengatakan tema-tema karya cerpen sebagian besar terinspirasi dari kehidupan nyata yang dijalaninya selama menempuh studi magister dan doktoral di mancanegara.
Kejadian inspiratif itu terutama menyangkut banyaknya orang Barat yang memeluk Islam.
“Saat saya studi Doktor di Monash University, Melbourne, Australia (1991-1995). Saya bahkan sempat mensyahadatkan seorang perempuan Australia keturunan Italia di apartemen tempat saya dan keluarga saya tinggal.”
“Dalam buku ini hanya satu cerpen yang merupakan pengalaman nyata saya, yakni “Drama Kampung Dhuafa”,” katanya menjelaskan.
Sejumlah buku Prof Deddy, termasuk Islam di Amerika: Suka Duka Menegakkan Agama (1988), Islam dan Orang Indonesia di Australia (2000), Santri-Santri Bule: Kesaksian Muslim Amerika.
Selanjutnya, Eropa dan Australia (2003), dan Islam Itu Indah: Renungan dan Pengembaraan Rohani Guru Besar Komunikasi (2006) di akuinya, kental dengan renungan.
Refleksi pengalaman dan pengamatannya atas perkembangan Islam di Barat.
“Selama masa studi saya di Amerika, sesudahnya, dan hingga saya selesai studi saya di Australia dan pulang ke Tanah Air.”
“Saya bahkan sempat berkorespondensi dengan beberapa Muslim dan Muslimah Barat yang memeluk Islam itu.”
“Dua di antaranya adalah Karima Omar Kamouneh yang pengalaman dan pemikirannya saya terjemahkan dalam buku Perjalanan Menuju Islam: Perjalanan Rohani Seorang Muslimah Amerika (1990).”
“Dan Shifa Mustapha yang pengalaman dan pemikirannya saya terjemahkan dalam buku A Journey to Islam: Pengembaraan Spiritual Seorang Muslimah Australia (2004).
“Kedua buku tersebut tentu saya beri kata pengantar,” katanya menguraikan.
Sebagai hasil dari penyaluran hobi, kata Prof Deddy, tidak pada tempatnya jika publik membandingkan cerpen-cerpen dalam buku ini dengan karya sejenis yang di tulis orang lain sebagai karya sastra.
Atau dengan fiksi serupa yang di hasilkan penulis profesional, karena perbandingannya tidak apple to apple.
“Namun demikian, saya berharap Anda memperoleh setetes pencerahan. Bahkan jika Anda merasa mendapatkan sedikit hiburan yang sehat dari buku ini, itu memadai bagi saya,” pungkas Prof Deddy. (ri)