rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda » Perpustakaan harus Bisa “Menjual Diri”

Perpustakaan harus Bisa “Menjual Diri”

Padang, rakyatsumbar.id—Perpustakaan harus bisa menjual diri, sehingga keberadaannya benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat. Khusus perpustakaan di daerah, terutama di kabupaten dan kota, sebaiknya melakukan terobosan agar benar-benar bisa dekat dan menyentuh pembacanya secara riil.

“Biasanya, perpustakaan daerah milik pemerintahan kabupaten dan kota ada di kantor dan ibukota kabupaten, sementara masyarakat pembacanya cenderung enggan datang karena kesannya masih sangat formal. Bagaimana kalau langsung datangi pembacanya,” kata Pemimpin Redaksi Harian Umum Rakyat Sumbar Firdaus Abie, pada Peer Learning Meeting (PLM) Provinsi Tahun 2021, Batch 2 – 4, dengan tema “Sharing Inovasi untuk Pengembangan Diri & Perpustakaan”, melalui Daring, Rabu (15/09/2021).

Peer Learning Meeting (PLM) yang ditaja Perpustakaan Nasional tersebut merupakan kegiatan berkesinambungan terkait Transformasi Pelayanan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial. Kegiatan ini merupakan bagian dari program prioritas nasional untuk memperkuat peran perpustakaan umum dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia yang Unggul melalui peningkatan kemampuan literasi untuk mewujudkan Indonesia Maju.

Lebih jauh Firdaus Abie, yang juga seorang novelis dan pegiat literasi tersebut, terkait terus meningkatkan pengguna internet, sangat berpengaruh terhadap pembaca buku di perpustakaan, apalagi harus jauh-jauh datang ke pusat kabupaten atau kota. Bagi calon pembaca, kondisi tersebut sangat tidak efektif. Maunya sekarang, orang serba praktis. Cepat, tepat dan akurat.
Terhadap hal tersebut, Firdaus Abie memandang, hendaknya perpustakaan daerah berkolaborasi dengan taman bacaan, rumah baca, pondok baca, nagari dan kelurahan. Distribusikan bukunya ke taman bacaan, rumah baca, pondok baca, nagari dan kelurahan dalam bentuk pinjaman, lalu digilir secara bergantian.

“Biasanya taman bacaan, rumah baca dan sejenisnya, berada di tengah-tengah masyarakat, mudah dijangkau masyarakat. Suasana di sana, biasanya lebih akrab dengan masyarakat dari pada datang ke kantor dengan suasananya yang terkesan formal,” katanya.

Saat diskusi yang dipandu Warih Seto Murti, Pustakawan dari Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, mengalir sejumlah respon, pertanyaan dan diskusi menarik. Di antaranya, salah seorang peserta menyebutkan, pihaknya merasakan kekurangan buku, sesuai kebutuhan di daerahnya, namun buku-buku yang mereka miliki tidak memadai.

“Masyarakat di nagari kami butuh buku pertanian, ketersediaan buku kami sangat terbatas. Bagaimana kami bisa memenuhi kebutuhan tersebut?” tanya Zul Arifin, Walinagari Bancah Laweh.
Terhadap hal tersebut, Firdaus Abie memberikan saran. Katanya, sebelum mampu memenuhi kebutuhan secara permanen, atau milik sendiri, opsi yang memungkinkan bisa dilakukan adalah berkolaborasi dengan perpustakaan atau taman bacaan lain.

“Kita mungkin bisa saling tukar buku antar perpustakaan atau taman baca dulu,” katanya memberikan saran sederhana, yang kemudian disikapi peserta lain sebagai ide yang realistis untuk dilakukan.

Persoalan lain yang mengemuka, ada perpustakaan nagari dan komunitas yang memiliki bengkel dan sanggar menulis, namun berlahan pesertanya terus menurun, sehingga belakangan hilang satu persatu.

“Kami ingin membuka kelas menulis lagi, apa yang bisa kami dapatkan untuk memancing minat baru bagi mereka?” tanya Eka, peserta asal Pesisir Selatan.

“Lanjutkan yang sudah dilakukan, kemudian kombinasikan dengan inovasi baru. Misalnya, antarkan agar tulisan mereka bisa menembus media massa, tuntun mereka menghasilkan karya bersama, lalu dibuatkan buku dari hasil-hasil karya mereka tersebut,” saran Firdaus Abie, memberikan motivasi.

Pertemuan yang berlangsung selama dua jam lebih tersebut, memberikan hal-hal baru bagi peserta karena komunikasi langsung peserta dengan narasumber mau pun peserta dengan peserta lain, sehingga satu sama lain berbagi pengalaman terhadap aktivitas mereka di lapangan. (cr4)

About Post Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *