Dilirik Kementrian Pariwisata, Tim SANAK Bisa Jadi Pola Nasional
Padang, rakyatsumbar.id–Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat, pada beberapa waktu lalu disambangi oleh Koordinator Destinasi Area 1 (Aceh, Sumut, Sumbar dan Bengkulu) dari kementrian Pariwisata RI, Ali Nurman didampingi Dimas.
Dalam pertemuan dengan Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Novrial, juga hadir ketua tim Satuan Tenaga Konselor (SANAK) Pariwisata Muhammad Fadhli alias Ajo Wayoik. Pada kesempatan tersebut, Novrial menjelaskan, pihaknya membentuk tim SANAK dalam rangka mempercepat penguatan Desa Wisata dan Pokdarwis di Sumatera Barat.
“Mereka ini ada delapan orang dengan delapan latar belakang kompetensi berbeda. Semuanya adalah penggerak yang kami nilai sudah stabil pergerakannya dan patut membagi inspirasi bagi penggerak lainnya,” kata Novrial.
Diperkenalkannya, tim SANAK terdiri dari Yuliza Zein founder Desa Wisata Kubu Gadang, Ritno Kurniawan Founder LA Adventure, Ricky Putra Sinaro founder Authentic Sumatra, Husen founder Sumatra Volunteer, Teuku founder Kopi Solok Radjo, Adi Kurniawan Founder Green Talao Park, Yahdi Muhammad Founder Wakanda dan Ajo Wayoik founder Forum Batajau Seni Piaman.
“Jadi ini semacam paket komplit. Semua hal terkait pembangunan kepariwisataan, mulai dari branding, seni budaya, pembinaan SDM, penataan destinasi, sampai tour designing, kuliner, outdoor dan hospitality ada dalam tim ini,” kata Novrial.
Katanya, tim ini murni penggerak di lapangan. “Jadi komunikasi mereka nanti dengan sesama penggerak diharapkan akan lebih punya chemistry karena memang sama-sama makan asam garam bersama masyarakat dan elemen-elemen lainnya,” sebutnya.
Dijelaskan oleh Ajo Wayoik, pihaknya tidak hanya akan melaksanakan kegiatan dengan sistem kelas dimana peserta diundang dan dikumpulkan di satu titik untuk mendapat kelas.
“Kami akan langsung turun kelapangan. Tinggal dan hidup bersama penggerak untuk menemukan persoalan yang lebih spesifik dan pola penyelesaian yang berbasis pada riset tersebut,” kata dosen ISI Padangpanjang ini.
Dikatakannya, ada 4 hal mendasar yang akan ditelusuri oleh timnya melalui pola pendekatan secara langsung ini. “Kita ingin melakukan riset, menyusun konsep, mendampingi dan melakukan evaluasi bertahap. Semua kegiatan ini relatif baru namun kami harapkan punya output yang lebih terlihat,” katanya.
Sesuai namanya, tim SANAK benar-benar bertekad untuk menjadi sanak saudara. “Jadi, tidak habis program habis pula hubungan dengan penggerak yang kami dampingi. Selama-lamanya kami ingin menjadi saudara,” sebutnya.
Ada satu hadiah besar dari gerakan yang akan dilaksanakan ini. Namun, kata Ajo Wayoik, biarlah itu menjadi rahasia dulu menjelang selesainya program pendampingan.
Ali menilai apa yang menjadi konsep kerja tim SANAK sudah sangat tepat. “Ini adalah tim yang tepat dan cocok untuk segala kondisi di destinasi maupun di tataran organisasi penggerak pariwisata. Konsep kerjanya juga sangat menarik. Saya pernah praktekkan yang seperti itu, dan memang sangat efektif. Tapi jelas, konsep tersebut harus benar-benar dikerjakan secara telaten, dan memang butuh tenaga muda yang energik untuk menerapkannya,” kata Ali.
Dijelaskannya, pihaknya siap berkolaborasi dengan tim SANAK. “Ini memang akan menjadi mitra straegis kami dalam melaksanakan kerja di lapangan. Kami adalah corong bagi penggerak di tingkat kementrian, dan corong bagi kementrian di tingkat penggerak di lapangan. Mitra seperti SANAK ini akan memberikan informasi-informasi yang kami butuhkan,” katanya.
Dalam waktu dekat, Ali dan Dimas berencana untuk bertemu dengan ke delapan anggota tim SANAK. (rel)