rakyatsumbar.id

Berita Sumbar Terkini

Beranda » In Memorian Nasrul Abit : Dekat Dengan Wartawan, Soal Data Hafal Luar Kepala

In Memorian Nasrul Abit : Dekat Dengan Wartawan, Soal Data Hafal Luar Kepala

Terdepan Dalam Kepedulian, Terbaik Mencari Solusi Persoalan Sumbar

Kepergian Drs. H. Nasrul Abit Datuak Malintang Panai, Sabtu (28/8) dini hari, sekitar pukul 01.39 WIB membuat banyak pihak merasa kehilangan. Kabar duka meninggalnya Wakil Gubernur Sumbar periode 2016-2021 itu sangat mengejutkan. Begitu juga bagi para wartawan, apalagi mereka yang berposko di Kantor Gubernur Sumbar. Beliau, sosok yang ramah, bersahaja dan selalu merespon saat wawancara, baik secara langsung atau melalui telepon.

Kelebihannya, berbagai data tentang Sumbar hafal di luar kepala. Data kemiskinan, data pertanian, dan keunggulan dan kelebihan kabupaten/kota, dan banyak lagi yang lainnya. Setiap di wawancarai dipastikan berbagai data yang menguatkan informasi untuk menjadi berita selalu disampaikannya.

Pertemuan dengan wartawan sudah menjadi bagian dari rutinitas Nasrul Abit selama menjabat Wakil Gubernur Sumbar. Diskusi tentang berbagai persoalan di Sumbar itu tidak hanya di ruang kerjannya, tapi seringkali para awak media di Rumah Bagonjong (Kantor Gubernur-red) diajak makan siang. Keakraban yang terbangun itulah yang membuat hubungan itu tidak sekedar pewarta dan narasumber, tapi lebih dari itu.

Sekarang, beliau telah berpulang ke pangkuan Illahi. Wagub Sumbar periode 2016-2021 ini menghembuskan napas terakhir Sabtu (28/8) pukul 01.39 WIB di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang. Ia akan dimakamkan ba’da zuhur ini di Labuhan Tanjak, Air Haji Kecamatan Sari Linggo Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan.

Sebelum dikabarkan meninggal, ia berjuang melawan Covid-19 setelah terpapar seminggu yang lalu. Mantan Ketua DPD Gerindra Sumbar itu sempat dirawat di Rumah Sakit Semen Padang Hospital dan kemudian pindah ke RSUP M Djamil Padang.

Nasrul Abit semasa menjabat Wagub Sumbar memiliki kepedulian tinggi terhadap berbagai persoalan di Sumbar. Selalu mencari solusi yang terbaik dalam menyelesaikan persoalan yang ada. Diantaranya saat kerusuhan yang terjadi di Wamena, Jayawiya, Papua pada September 2019 silam, Wagub Nasrul Abit berani menembus zona bahaya di Bumi Cendrawasih itu untuk menemui dan memastikan langsung kondisi perantau Minang yang menjadi korban tragedi kemanusiaan tersebut.

Ia datang menemui warga asal Sumbar di Wamena untuk membawakan bantuan dan mengakomodir warga yang ingin meninggalkan Wamena demi keamanan. Sebab saat kerusuhan yang menyebabkan belasan warga Sumbar meregang nyawa karena diserang oleh pelaku kerusuhan. Para perantau Minang yang ada di Wamena saat itu semua pengungsi hanya memiliki pakaian yang dikenakan, sementara harta benda termasuk rumah, kios sudah dibakar perusuh.

Langkah yang sangat berani menembus zona bahaya seakan menggambarkan sosok Nasrul Abit sebagai pemimpin yang peduli dengan masyarakatnya. Padahal kondisi daerah tersebut sedang mencekam, tanpa pengawalan yang ketat ia datang ke Wamena.

Dengan bantuan Wagub Nasrul Abit saat itu, akhirnya para perantau yang mau kembali ke Sumbar difasilitasi kepulangannya, bahkan berbagai bantuan juga disalurkan dari Pemprov Sumbar, baik untuk perantau yang memilih bertahan di Wamena ataupun yang pulang kampung ke Sumbar.

Begitu juga saat bencana alam yang terjadi di Sumbar, sering kali Wagub Nasrul Abit berbagi tugas dengan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno untuk melihat langsung kondisi masyarakat yang terdampak bencana. Kepedulian terhadap kondisi masyarakat yang dipimpin, itulah yang selalu diperlihatkan pria murah senyum itu.

Dalam mendukung percepatan kemajuan daerah tertinggal di Sumbar, mungkin tak terhitung beberapa kali ia datang berkunjung langsung ke Kabupaten Kepulauan Mentawai, Pasaman Barat dan Solok Selatan, dan daerah lainnya setelah dilantik sebagai Wakil Gubernur Sumbar pada 12 Februari 2016 mendampingi Gubernur Irwan Prayitno periode 2016-2021.

Pengalamannya sebagai Bupati Pesisir Selatan dua periode dan dapat mengeluarkan kabupaten tersebut dari daerah tertinggal, itulah yang selalu ditekankan untuk membakar semangat para bupati yang daerahnya masih tertinggal. Saat ini tersisa Kabupaten Kepulauan Mentawai yang masih dalam kategori tertinggal, keinginan dari Nasrul Abit daerah ini keluar dari status tertinggal.

Ia selalu mengingatkan kelanjutan pembangunan Trans Mentawai menjadi prioritas untuk bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagian sudah terbangun jalan , namun ada 200 kilometer lagi yang belum. Akses jalan akan memperlancar arus barang. Roda perekonomian akan bergerak makin cepat.

Kelancaran transportasi juga menciptakan peluang kerja makin banyak, pengangguran berkurang sehingga pertumbuhan ekonomi akan semakin baik, termasuk dalam pengembangan sektor pariwisata di Mentawai yang memang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Harapannya kesejahteraan masyarakat Mentawai juga akan meningkat.

Apalagi daerah itu juga sedang diupayakan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang akan menjadi pusat ekonomi baru di Sumbar. Berbagai upaya dilakukan untuk melepaskan daerah itu dari status tersebut diantaranya melibatkan provinsi dan pemerintah pusat.
Begitu juga memimpin rapat koordinasi bersama pemerintah kabupaten/kota dalam upaya percepatan pembangunan di Sumbar, termasuk juga dalam koordinasi dengan Forkopimda, dan pemerintahan pusat. Banyak sudah gagasan cemerlang yang dikeluarkannya dalam menyikapi berbagai persoalan yang ada.

Wagub Nasrul Abit memiliki konsistensinya dalam memberantas perilaku LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) di Sumbar. Semangat menumpas LGBT menyelamatkan generasi pelajar dari perilaku menyimpang tersebut. Berbagai langkah dan regulasi disiapkan untuk menangani prilaku menyimpang ini, sebab prilaku LGBT dinilai merusak mental generasi Sumbar dan mendatangkan penyakit Aids dan HIV yang membunuh.

Rakyat Sumbar pernah melakukan wawancara dengan Wagub Nasrul Abit sehari sebelum Hari Ulang Tahun (HUT) ke 18 tiga kabupaten di Sumbar, Dharmasraya, Pasaman Barat dan Solok Selatan. Sore itu, ia dalam perjalanan dari Kota Padang menuju Dharmasraya. Dalam wawancara melalui sambungan telepon pada 6 Januari 2021 sempat beberapa kali terputus karena kehilangan sinyal.

Sejak tahun 2003, Kabupaten Dharmasraya, Solok Selatan dan Pasaman Barat muncul sebagai daerah baru di Sumbar. Disampaikan, Wagub Nasrul Abit saat itu, pemekaran dalam rangka percepatan pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meskipun sama-sama melakukan pemekaran, namun Dharmasraya di tahun 2014 telah keluar dari status kabupaten tertinggal. Sementara Solok Selatan dan Pasaman Barat baru keluar dari kabupaten tertinggal di tahun 2019.

Ada perbedaan lima tahun, dari situ ia melihat proses pembangunan Dharmasraya lebih cepat dalam rangka mengentaskan kemiskinan, aksebilitas, pertumbuhan ekonomi, pembangunan serta berbagai persoalan lainnya yang masuk 27 indikator untuk keluar dari daerah tertinggal.

Dua kabupaten lain juga bisa menyusul Dharmasraya setelah itu. Ia melihat keduanya punya prospek yang bagus. Pasaman Barat kalau Pelabuhan Teluk Tapang jadi pertumbuhan ekonominya juga akan lebih meningkat. Begitu juga Solok Selatan, dengan adanya jalan tembus ke Dharmasraya tentunya semakin mempercepat aksebilitas.

Ia pernah bercerita dengan Bupati Dharmasraya akan ada lintas timur dari Kuantan Simingi , Dharmasraya, Solok Selatan, Pesisir Selatan. Kalau ini terwujud semakin cepat daerah terisolir yang ada di kabupaten tersebut keluar dari ketertinggalan. Pembangunan manusia, pembangunan fisik tentunya harus ada keseimbangan.

Harapan besar disampaikan untuk tiga daerah yang sudah 18 tahun berdiri sendiri sebagai daerah pemekaran. Terus mengurangi angka kemiskinan, daerah terilosir dibuka, kebutuhan fasilitas dasar dapat dipenuhi pemerintah daerah sebagai kewajiban, diantaranya listrik, air, jaringan internet, komunikasi. Itu harus seimbang, dan tidak ada daerah blank spot. Kabupaten ini harus mengejar pemenuhan fasilitas dasar dalam meningkatkan pembangunan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Baru bicara ekonomi, sebab semua sangat berkaitan.

Ia menyebutkan, prioritas pemerintah ke depan, para kepala daerah terpilih dapat mencari orang yang berpengalaman untuk mengatasi berbagai persoalan yang masih jadi kendala dalam kemajuan daerah. Setelah proses politik selesai, ada waktu setahun untuk dapat mewujudkan visi misi masing-masing di tahun 2022.

Haparan besar ia sampaikan kepada kepala daerah untuk dapat mengetahui masalah yang ada di daerahnya. Apa yang dijanjikan kepada masyarakat belum tentu semuanya bisa diwujudkan, kalau ada pergeseran tinggal menyesuaikan visi misi dengan RPJMD dan kondisi di lapangan. Membangun tidak bisa cepat dengan keterbatasan anggaran, sebab itu perlu ada yang menjadi skala prioritas.

Nasrul Abit lahir di Air Haji, Linggo Sari Baganti, Pesisir Selatan, 24 Desember 1954. Sebelum menjabat Wakil Gubernur Sumbar periode 2016–2021 yang dilantik pada 12 Februari 2016 mendampingi Gubernur Irwan Prayitno pada Pilgub Sumbar 2015. Sebelumnya, ia menjabat Bupati Pesisir Selatan dua periode, 2005-2010 dan 2010-2015 dan Wakil Bupati Pesisir Selatan 200-2005.

Nasrul Abit mulai meniti karier birokrat sebagai Staf Sub Bagian Umum Kantor Wilayah Departemen Kesehatan (Kanwil Depkes) Provinsi Lampung (1977—1991). Ia juga ditunjuk sebagai Asisten Teknis Proyek Peningkatan Rumah Sakit Umum Provinsi Lampung (1990—1995). Ia lalu menjadi Kepala Sub Bagian Perlengkapan Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi Lampung (1991—1995).

Kemudian, ia menjadi Pimbagpro Prasarana Fisik Fasilitas Kerja Kanwil Depkes Provinsi Lampung (1997—1999). Ia lalu ditunjuk sebaai Penjabat Sementara Kepala Sub Bagian Umum Kanwil Depkes Provinsi Lampung (1999). Ia kemudian dipromosikan menjadi Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Depkes Provinsi Lampung (1999—2000).

Pada 17 Juli 2017, Nasrul Abit mulai menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra Provinsi Sumbar. Pada 11 Desember 2019, Nasrul Abit menjabat sebagai Ketua Dewan Penasehat Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra Provinsi Sumbar.

Pada 2020, Nasrul Abit maju sebagai calon gubernur menggandeng Bupati Agam Indra Catri pada Pemilihan umum Gubernur Sumatera Barat 2020. Pasangan ini hanya diusung oleh Partai Gerindra yang cukup memenuhi persyaratan jumlah kursi DPRD Sumatera Barat untuk mencalonkan diri. Pemilihan dilaksanakan pada 9 Desember 2020 dan diikuti 4 pasang calon. Pasangan Nasrul Abit–Indra Catri berada di posisi kedua di bawah pasangan Mahyeldi—Audy Joinaldy dengan persentase suara sah 30,3%.

Saat ini beliau telah tiada. Selamat Jalan Pak Nasrul Abit, semoga segala bakti pengabdiannya menjadi inspirasi bagi kita dan amalan disisi Allah SWT. Beliau amat terbuka dan bersahaja, selalu mencari solusi yang terbaik dalam menyelesaikan persoalan yang ada. Banyak sudah pemikiran hebatnya, kepeduliannya untuk daerah ini, untuk orang sekitar dan masyarakat Sumbar. Tersenyumlah disana Pak Nasrul Abit. (mul)

About Post Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *