Literasi Pasar Modal Kurang, Pertumbuhan Investor Mengembirakan
Padang, rakyatsumbar.id—Literasi pasar modal masih kurang, namun demikian kepercayaan orang terhadap pasar modal terus bertumbuh. Selama Pandemi Covid-19 justru pasar modal ini sangat bermanfaat bagi banyak orang. Pertumbuhan pasar modal terlihat nyata dari investor yang berasal dari generasi milenial dan pertumbuhan signifikan di pasar syariah.
Hal tersebut terangkum dari Webinar “Menjadi Investor Cerdas Bersama Lo Keng Hong” yang diadakan Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi (Ikafe) Unand yang menghadirkan narasumber utama, Lo Kheng Hong, pakar investasi dan investor ternama Indonesia, CEO PT MNC Sekuritas Susy Meilina, Head of Unit Gadai Efek PT Pegadaian Deni Hamzah dengan keynote speech, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumbar, Yusri dan Novrihandri (Ketua Umum IKAFE Unand).
Webinar yang turut diantarkan Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi Unand Dr Maaruf SE, M.Bus, Phill dan dibuka Rektor Unand diwakili WR IV Unand WR IV Unand Dr. Hefrizal Handra, M. Soc dipandang sebagai sebuah kegiatan luar biasa dalam upaya terus menggerakkan dan mengembangkan literasi tentang pasar modal kepada publik secara masif dan berkesinambungan.
Menariknya, kendati literasi pasar modal masih kurang dan hanya diperoleh oleh kalangan tertentu saja, namun pertumbuhan pasar modal Indonesia terus bertumbuh secara positif. Prospeknya sangat baik.
“Pasar modal Indonesia masih tumbuh positif” kata CEO PT MNC Sekuritas Susy Meilina, pada Webinar yang diikuti 500 peserta, dipandu Heni Eka Surya (Direktur Utama Econand) dan Irwan Rudiansyah (Associate Trainer Econand), Kamis (29/07/2021).
Dikatakan Susy, jumlah investor saham di Indonesia pada Juni 2021 sebanyak 2,9 juta orang. Pada Juni 2021 telah mencapai angka 5,9 juta orang. Bertumbuh sebesar 103,4 persen.
“Dari angka itu, investor millenial dengan usia kurang dari 30 tahun sebanyak 58,39 persen. Kemudian, usia antara 31-40 tahun, sebesar 21,61 persen. Investor saham dari kalangan millenial ada di angka 80 persen,” ungkap Susy.
Dibagian lain ia menyebutkan, selama ini asumsi orang pasar modal itu mahal. Realitanya tidak. Bisa dengan modal Rp5.000, sudah bisa memiliki 1 lot saham. Saat ini, terdapat lebih dari 500 perusahaan yang sahamnya bisa dibeli para calon investor.
“Tersedia harga per lembar saham, mulai dari Rp50 dan pembeliannya kelipatan 1 lot atau 100 lembar. Ini sangat murah,” terangnya.
Pertumbuhan sangat positif, menurut Kepala OJK Sumbar Yusri, terlihat nyata dari pertumbuhan di pasar syariah. Realita ini tentu saja memberikan angin segar untuk dicermati dan diikuti oleh investor mau pun calon investor lainnya.
Di antara investor baru tersebut, katanya, selain dari generasi milenial, juga banyak dari kalangan ibu rumah tangga.
“Selama Pandemi Covid-19, keberadaan pasar modal justru memberikan manfaat besar bagi investornya,” kata Yusri.
Sementara itu, pakar investasi dan investor ternama Lo Kheng Hong membeberkan, selama ini Ia memiliki tiga kriteria perusahaan yang diperhatikannya dalam memilih dan membeli saham.
Pertama, perusahaan tersebut harus dikelola oleh orang yang jujur dan berintegritas. Kedua, perusahaan itu memiliki bidang usaha yang bagus. Ketiga, perusahaan tersebut harus memiliki catatan kinerja laba yang besar.
Ketua Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Ekonomi (Ikafe) Unand Novri Hendri menyebutkan, dibentangnya kegiatan ini sejalan dengan upaya untuk terus mengembangkan dan menyebarluaskan informasi serta edukasi tentang pasar modal kepada publik.
“Sebelum publik terjun atau masuk ke dunia investasi di pasar modal, sebaiknya harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang dunia pasar modal tersebut,” katanya. (cr4)