Berkat Konsisten Silaturahim, Terjual 30 Ribu Eksemplar Buku
Mataram, rakyatsumbar.id—Konsisten melaksanakan silaturahim tanpa pamrih, hasilnya dahsyat dan luar biasa. Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana telah membuktikan hal itu. Hanya dalam waktu beberapa bulan dua buku barunya terjual sekira 30 ribu eksemplar. Seluruh hasil penjualannya dipakai buat kegiatan sosial termasuk membiayai umrah banyak orang.
Kedua buku itu berjudul “Humanisme Silaturahim Menembus Batas: Kisah Inspiratif Persahabatan Aqua Dwipayana-Ventje Suardana (Satu Kesamaan Yang Mampu Mengatasi Sejuta Perbedaan)” serta “Berkarya dan Peduli Sosial Gaya Generasi Milenial: Kisah Inspiratif Dua Bersaudara Alira-Savero Dwipayana Bergiat untuk Sesama”.
Kepada empat mahasiswa Universitas Muhammadiyah Mataram, Nusa Tenggara Barat, Dr Aqua menceritakan tentang dahsyat dan luar biasanya hasil dari konsistensi melaksanakan silaturahim tanpa pamrih. Salah satu buktinya pada penjualan kedua bukunya itu.
Para mahasiswa itu adalah Arniati mahasiswi semester 4 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Bunaiyah mahasiswi semester 4 Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Muhammad Sahabuddin mahasiswa semester 6 Program Studi Teknik Pertanian
Fakultas Teknik Pertanian, dan Aimansyah mahasiswa semester 8 Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Mereka ketemu Dr Aqua di resto “My Kopi O!” Mall Epicentrum Mataram pada Kamis siang, 24 Juni 2021 lalu sambil makan siang. Waktu itu juga hadir Pemimpin BRI Cabang Mataram Bayu Adityo.
Saat pertemuan mereka sempat menanyakan kepada Dr Aqua kedua buku tersebut bisa didapatkan di mana. Mereka ingin memperolehnya dan segera membaca buku-buku yang inspiratif tersebut.
Mereka sangat kaget ketika Dr Aqua mengatakan kedua buku itu sejak pertama kali dipasarkan pada Januari 2021 sampai sekarang tidak dijual di toko buku dan media sosial. Pemasarannya langsung kepada pembeli.
Lebih kaget lagi saat Dr Aqua menginfokan bahwa sejak dipasarkan sampai sekarang telah terjual sekira 30 ribu eksemplar. Jumlah yang sangat banyak sehingga masuk dalam kategori super best seller.
“Masya Allah Ayahanda Aqua. Luar biasa. Dengan penjualan langsung ke pembeli buku-bukunya dalam waktu beberapa bulan terjual hingga sekira 30 ribu eksemplar. Banyak sekali,” ujar Arniati yang memanggil Dr Aqua dengan Ayahanda sambil menunjukkan kekagumannya.
Kemudian Aimansyah menanyakan cara yang dilakukan Dr Aqua sehingga selama beberapa bulan kedua bukunya bisa terjual hingga puluhan ribu eksemplar. Apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19 dan banyak orang membaca buku lewat digital atau e-book.
Kepada mereka, Dr Aqua mengatakan sengaja memasarkan langsung buku-bukunya kepada pembeli karena ingin membuktikan betapa luar biasa dan dahsyatnya silaturahim tanpa pamrih. Itu sesuai janji Tuhan.
“Ternyata janji Tuhan itu terbukti. Dengan rajin silaturahim tanpa pamrih, rejeki saya terus bertambah. Wujudnya selain materi, juga relasi yang makin banyak. Mereka latar belakangnya beragam,” ungkap penulis buku _super best seller_ Trilogi The Power of Silaturahim itu.
Beli Ribuan Eksemplar
Setiap pembeli umumnya membeli buku-bukunya dengan jumlah banyak. Mulai dari puluhan eksemplar hingga ratusan eksemplar. Bahkan ada instansi yang memesan kedua bukunya sampai ribuan eksemplar.
Mereka kagum saat Dr Aqua menyatakan bahwa semua hasil penjualan buku-buku tersebut dipakai untuk berbagai kegiatan sosial termasuk membiayai umrah banyak orang. Itu seperti buku sebelumnya yang juga super best seller berjudul “The Power of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi”.
Buku pertama dari buku Trilogi The Power of Silaturahim itu telah dicetak sebanyak delapan kali dengan total 160 ribu eksemplar. Setiap kali cetak sebanyak 20 ribu eksemplar. Hasil penjualan bukunya digunakan untuk membiayai sebanyak 167 orang umrah yang berasal dari berbagai kota di Indonesia.
Buku itu diluncurkan pada Jumat, 15 April 2016 bersamaan dengan promosi Doktor Komunikasi Aqua di Fikom Unpad Bandung. Awalnya ditulis dan diterbitkan dengan tujuan buat souvenir kegiatan tersebut.
Sebelum ujian terbuka itu, Dr Aqua sering menghadiri promosi doktor teman-temannya di berbagai perguruan tinggi seluruh Indonesia. Dari semua acara yang dihadirinya tidak ada satu pun souvenirnya yang menarik. Umumnya beli di toko dan dicap nama orang yang promosi doktor.
“Berdasarkan pengalaman itu, saya mau memberikan hadiah buku sebagai souvenir kepada seluruh tamu yang hadir. Saya ingin kesannya sesuatu banget, seperti jargon yang sering disampaikan penyanyi terkenal Syahrini,” jelas Dr Aqua yang disambut senyum para peserta.
Wartawan senior yang telah banyak menulis Nurcholis MA Basyari membantu sepenuhnya penulisan buku itu dari awal hingga tuntas. Untuk penyelesaiannya mereka nyaris tidak tidur selama tiga hari dua malam di rumah Yogyakarta milik Dr Aqua.
Meski harus kerja keras untuk menuntaskan buku itu, namun Dr Aqua sangat bersyukur. Apalagi semua tamunya yang mencapai ratusan orang termasuk para jenderal TNI dan Polri puas dan senang menerima buku tersebut saat diberikan pada promosi doktornya.
Cetakan pertama buku itu sebanyak 20 ribu eksemplar. Dengan cepat, hanya hitungan bulan seluruhnya habis terjual. Seiring dengan itu penulis belasan buku yang sebagian _best seller_ itu langsung meniatkan untuk menggunakan semua hasil penjualan bukunya buat berbagai kegiatan sosial terutama membiayai umrah banyak orang.
Dari buku “The Power of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi” lahirlah kemudian Gerakan Umrah The Power of Silaturahim (The POS) yang dibiayai dari hasil penjualan buku tersebut. Ketua tetap rombongan umrahnya setiap tahun adalah Nurcholis.
“Mas Nurcholis yang merupakan wartawan senior dan penguji uji kompetensi wartawan tingkat nasional dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat sangat amanah, sehingga saya memberi kepercayaan kepada beliau sebagai ketua rombongan umrah The POS seumur hidup,” ungkap Dr Aqua.
Buku “Humanisme Silaturahim Menembus Batas: Kisah Inspiratif Persahabatan Aqua Dwipayana-Ventje Suardana (Satu Kesamaan Yang Mampu Mengatasi Sejuta Perbedaan)” memuat kisah jalinan persahabatan dua anak manusia dari latar belakang yang jauh berbeda, baik suku, agama, ras, dan golongan atau strata sosial-ekonominya.
Dr Aqua seorang muslim dari suku Minangkabau yang lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara, dari keluarga sederhana pasangan Ayah-Bunda Syaifuddin-Asmi Samad.
Sedangkan Ventje seorang Tionghoa Katolik kelahiran Surabaya, Jawa Timur, dari keluarga pengusaha pasangan Papi-Mami Rudy Suardana-Susianawati Harlim. Yang satu sampai mengenyam pendidikan S3 hanya di tingkat lokal/nasional, sedangkan satu lainnya kuliah di Amerika Serikat.
Terlepas dari banyak perbedaan di antara mereka, kedua tokoh yang dikisahkan dalam buku tersebut mampu menjalin persahabatan bahkan hingga tingkat seperti saudara kandung. Dan, persaudaraan itu bukan hanya antarmereka berdua melainkan juga keluarga besar kedua belah pihak.
Guru Besar dan Dekan ke-9 Fikom Unpad Prof Deddy Mulyana, MA, Ph.D membubuhkan kata pengantar yang sangat apik dan relevan di buku Humanisme Silaturahim. Selain itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana/Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo juga menyampaikan kata pengantar untuk buku setebal 237 halaman yang diterbitkan oleh Media Baca Mandiri ini.
Buku “Berkarya dan Peduli Sosial Gaya Generasi Milenial: Kisah Inspiratif Dua Bersaudara Alira-Savero Dwipayana Bergiat untuk Sesama” berkisah tentang kiprah sosial kakak-beradik Alira-Ero Dwipayana. Di usia yang cukup muda –masih kepala dua, Alira-Ero telah menorehkan prestasi yang menjadi idaman semua orangtua.
Prestasi itu tidak hanya mereka ukir dalam kaitannya dengan capaian pendidikan atau lingkungan kampus. Di luar itu, yang tentu membuat kedua orangtua mereka bahagia dan sangat bersyukur ialah Alira-Ero telah menorehkan karya dalam kiprah mereka di bidang sosial-kemanusiaan.
Kepedulian sosial terhadap sesama itu dilakukan di tengah kesibukan kakak-beradik itu bersekolah di SMA Regina Pacis Bogor, Jawa Barat, dan sesudahnya. Saat Alira kemudian kuliah di Korea University Business School di Seoul, Korea Selatan (Korsel) dan bekerja di perusahaan farmasi terkemuka Daewoong di Korsel, dia terus melanjutkan kiprah sosialnya.
Hal yang sama juga dilakukan Ero yang kini mahasiswa semester VIII Fikom Unpad Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Kiprah mereka selengkapnya tersaji di buku setebal 293 yang dibubuhi kata pengantar oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana/Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo ini.
Merupakan Kejutan
Keempat mahasiswa yang berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat itu mengenal Dr Aqua dan Ero saat Sharing Komunikasi dan Motivasi bertajuk Rumah Bincang Inspirasi “Memetik Inspirasi dari Sang Pakar Komunikasi” melalui aplikasi zoom, Sabtu, 5 Juni 2021 lalu. Waktu itu mereka hadir bersama lebih dari 150 peserta lainnya yang sebagian besar penerima beasiswa Bidikmisi. Sedangkan pembicaranya adalah bapak dan anak Dr Aqua dan Ero. Pelaksananya Yayasan Pondok Inspirasi yang didirikan Rico Juni Artanto.
Ketika Ero, panggilan akrab Savero Karamiveta Dwipayana menyampaikan materi, di awal pemaparannya dia minta kepada seluruh yang hadir untuk menuliskan keinginan mereka. Para peserta antusias melaksanakan permintaan mahasiswa semester terakhir Jurusan dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Fikom Unpad) Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi itu.
Sementara Dr Aqua Dwipayana menyimak seluruh yang disampaikan Staf Bidang Komunikasi Sosial Poitik dan Masyarakat (Komsospolmas) Tim Komunikasi Publik Komite Penanganan Covid-19 itu sambil membaca semua pesan yang ditulis para peserta. Penulis buku _super best seller_ “The Powef of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi” itu kaget dan tertegun ketika baca pesan dari Arniati.
Perempuan asal Desa Talapiti, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat itu menulis sejak sekitar tiga tahun lalu telah berusaha mengumpulkan uang untuk membelikan kacamata buat Bapaknya Juwaedin yang matanya rabun. Meski Bapaknya yang tinggal bersama Ibunya Yanti di desa kelahirannya, tidak pernah minta dibelikan kacamata kepada putrinya itu.
Setelah Ero selesai presentasi, Dr Aqua minta izin ke moderator Rico Juni Artanto untuk bicara. Laki-laki yang hobi silaturahim ini spontan memberi kejutan. Menyatakan siap membantu membelikan kacamata buat Bapaknya Arniati.
“Saya membaca semua pesan yang ditulis para peserta. Saya tertarik dengan yang ditulis Mbak Arniati. Mulia sekali niatnya yaitu sejak tiga tahun lalu menabung untuk membelikan kacamata Bapaknya karena matanya sudah rabun. Insya Allah saya sekeluarga ikut membantu membeli kacamatanya,” ujar Dr Aqua yang disambut penuh suka cita oleh Arniati dan mendapat apresiasi yang tinggi dari para peserta.
Tiga hari kemudian, Selasa siang, 8 Juni 2021, Bapak dan ibu Arniati, pasangan suami istri Juwaedin (45 tahun) dan Yanti (41 tahun), warga Dusun Nggaro Nangga, Desa Talapiti, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa tenggara Barat tidak dapat menyembunyikan rasa syukur dan kegembiraannya. Itu setelah Juwaedin yang sehari-hari bekerja sebagai petani penggarap mendapatkan kacamata sehingga kedua matanya yang semula kabur melihat dekat, kini menjadi terang.
Arniati tak pernah membayangkan mendapatkan keberkahan dari sosok-sosok yang memiliki kepedulian sosial tinggi pada sesama yakni Dr Aqua dan Ero. Selain menyatakan rasa syukur yang mendalam, dia berkali-kali menyampaikan terima kasih kepada Dr Aqua sekeluarga.
Bagi anak kedua dari tiga bersaudara itu hadiah kacamata buat bapaknya merupakan kejutan. Sebelumnya sama sekali tidak pernah membayangkan bakal mendapat rejeki tersebut.
200 Ribu Eksemplar
Belum genap sebulan Bapaknya Arniati, Juwaedin mendapatkan kaca mata, Dr Aqua kembali membuat kejutan. Kali ini bapak dua anak itu secara mendadak mengontak Arniati dan menawarkan untuk ketemu sambil makan siang.
Sesaat setelah mendarat di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, pada Kamis pagi, 24 Juni 2021 dari Bali, lewat whatsapp Dr Aqua mengontak Arniati. “Aww, Mbak Arniati apa kabar? Saya baru tiba di Lombok dan sedang menuju Kota Mataram. Kalau ada waktu dan berkenan kita ketemu nanti sambil makan siang. Silakan tentukan tempatnya. Nanti saya yang bayarin. Ajak teman-temannya ya. Makasih banyak Mbak Arniati.”
Saat menerima dan membaca pesan dari Dr Aqua, Arniati kaget. Sama sekali tidak menyangka bakal dikontak, apalagi mau ketemu. Selama ini anak kedua dari tiga bersaudara itu tidak pernah membayangkan hal tersebut bakal terjadi.
Antara percaya dan tidak, Arniati langsung merespon pesan itu. “Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Alhmdulillah kabar baik Ayahanda Aqua. Boleh banget kita ketemu. Saya sekarang sedang persiapan mau ke kampus dulu. Ada kuliah tatap muka pagi ini. Selesai kuliah saya menemui Ayahanda,” kata Arniati.
Arniati melanjutkan, mohon maaf Ayahanda, saya tidak tahu tempat makan karena selama sekitar dua tahun di Lombok tidak pernah makan siang di luar. Nanti saya ajak beberapa teman untuk ketemu Ayahanda.
Dr Aqua sangat memaklumi semua respon Arniati sehingga tidak “memaksa” dia mencari resto tempat pertemuan. Anggota Dewan Pakar Ikatan Sarjana Komunikasi (ISKI) Pusat itu kemudian silaturahim ke Komandan Lanud (Danlanud) TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid Mataram Kolonel Pnb Khairun Aslam di kantornya. Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara II (Pangkoopsau II) Marsekal Madya TNI Minggit Tribowo yang mengenalkan Dr Aqua kepada Aslam.
Setelah itu Dr Aqua melanjutkan silaturahimnya ke Pemimpin BRI Cabang Mataram Bayu Adityo. Kepada Bayu, laki-laki yang berasal dari Kota Padang, Sumatera Barat tersebut menginfokan akan mengundang makan siang Arniati dan teman-temannya.
“Mereka kita ajak ketemu dan makan siang di resto “My Kopi O!” Mall Epicentrum saja Pak Aqua. Saya yakin mereka jarang ke sana. Nanti saya minta tolong teman dari BRI untuk menjemput mereka,” ujar Bayu.
Sedangkan Dr Aqua dan Bayu satu mobil dari kantor BRI Cabang Mataram ke mall itu. Dalam waktu hampir bersamaan mereka tiba di tempat tersebut.
Arniati dan tiga temannya umumnya baru pertama kali menginjakkan kakinya di mall itu. Sehingga sempat “bingung” dan ragu-ragu saat disuruh memesan makanan dan minuman yang mereka sukai. “Terserah Ayahanda Aqua dan Pak Bayu saja,” ujar mereka senada.
Kemudian Bayu langsung memilihkan empat steak dengan rasa yang berbeda-beda. Tujuannya agar antarmereka bisa saling tukar makanan dan menyicipinya. Sedangkan minumannya semua dipesankan teh manis dingin.
“Saya pilihkan empat steak yang rasanya berbeda-beda. Ada rasa daging sapi, ayam, dan ikan. Semuanya enak. Nanti bisa saling menyicipi,” ujar Bayu sambil menyebutkan pesanan ke pelayannya.
Karena baru pertama kali ketemu dengan Dr Aqua dan Bayu sehingga keempat mahasiswa itu terlihat canggung. Meski begitu mereka berusaha menyesuaikan diri dengan menceritakan tentang kuliahnya dan aktivitas lainnya.
Kepada mereka, Bayu cerita pengalamannya saat kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Fokus kuliah dan ikut organisasi untuk belajar memahami orang lain dan mendapatkan berbagai pengalaman di luar kegiatan perkuliahan.
“Kalian kuliahlah dengan baik, jangan ikut-ikutan demo. Berusaha mendapatkan nilai terbaik karena indeks prestasi kumulatif turut menentukan masa depan Anda. Saya sudah membuktikan itu,” jelas Bayu.
Sementara Dr Aqua berpesan agar jangan sombong. Teruslah belajar dan tetap menjalin hubungan baik dengan semua orang. Rajinlah berbagi apa saja pada setiap orang yang membutuhkannya. Lakukan secara konsisten dan ikhlas tanpa melihat suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
“Saya yang berasal dari keluarga sederhana, dengan ikhlas konsisten melaksanakan semua itu sehingga bisa meraih pencapaian seperti sekarang ini,” tutur Dr Aqua dengan penuh rasa syukur.
Saat melihat makanan dan minuman yang dipesan belum habis, mantan wartawan di banyak media besar itu mengingatkan mereka untuk menghabiskannya. Jangan sampai ada yang tersisa dan mubazir.
“Kalau makan dan minum harus dihabiskan karena masih banyak orang di luar sana yang sulit mendapatkan makanan dan minuman sebab mereka tidak punya uang untuk membeli makanan dan minuman. Di manapun berada saya selalu membiasakan hal tersebut. Apalagi ketika mengingat masa kecil dan saat kuliah yang penuh perjuangan. Bahkan pernah selama tiga bulan menu makanannya setiap hari sama. Nasi dan gulai telur. Kalau sedang lapar saya minta kepada yang jualan agar kuahnya dibanyaki sehingga nasinya mengembang dan bisa membuat kenyang,” lanjut Dr Aqua mengenang masa lalunya.
Arniati dan ketiga temannya tidak henti-hentinya menyampaikan kekagumannya atas semua prestasi yang telah diraih Dr Aqua termasuk pada kesuksesannya memasarkan buku _super best seller_ Trilogi The Power of Silaturahim. Sampai sekarang ketiga buku itu telah sepuluh kali cetak dengan jumlah 200 ribu eksemplar.
“Selamat Ayahanda Aqua. Semoga berkah dan kami bisa mengikuti kesuksesan Ayahanda yang telah berbagi pada banyak orang,” kata mereka senada.
Merespon itu dengan rendah hati Dr Aqua mengatakan, terima kasih. Semua itu bisa terjadi sepenuhnya karena Allah SWT.
“Saya hanya menjalankan perintahNYA dan berusaha melakukannya secara konsisten dengan penuh keikhlasan,” katanya. (***)