75 Persen Pemilih Belum Tentukan Pilihan
Survei PAN Bukittinggi, Kampanye Seolah Baru Dimulai
Bukittinggi, Rakyat Sumbar– Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Bukittinggi semakin sengit dan sangat terasa di media sosial. Selain adu dukungan antar simpatisan atau pendukung, juga ada perbedaan pendapat dari kubu masing-masing paslon.
Di dunia nyata, masing-masing pasangan calon benar-benar memanfaatkan masa kampanye ini sebaik-baiknya. Para calon seperti Ramlan Nurmatias-Syahrizal, Erman Safar-Marfendi dan Irwandi-David juga silih berganti menghiasi sudut-sudut kota dengan kampanye dialogis.
Hal ini membuat DPD PAN Bukittinggi yang juga turun dalam konstestasi Pilkada Bukittinggi 2020 ini, melaksanakan survei politik 18 sampai 25 Oktober 2020.
Ketua Tim Survei PAN Bukittinggi Zain Ibnul Khalis menjelaskan, tujuan survei ini tidak hanya persoalan elektabilitas kandidat, tapi juga melihat sejauh mana prediksi terhadap pemilih yang sudah menentukan pilihannya.
“Kita juga merasa heran dengan hasil survei melihat show of force para pasangan calon saat pendaftaran serta kesibukan para tim sukses. Namun kenyataannya berbeda dari sudut pandang pemilih. Setelah menganalisa nilai reaksi dari jawaban, sekitar 75 persen pemilih di Bukittinggi masih ragu-ragu. Jumlah ini jauh berbeda dengan pemilihan Gubernur, dimana 43 persen pemilih sudah menentukan pilihan. Disinilah masalahnya. Apakah pemilih memang ragu karena kualitas pasangan calon atau ragu karena masih bingung dengan opini yang dibangun tim sukses masing-masing, atau sebenarnya pemilih tidak terlalu peduli dengan pilkada saat ini, karena lebih fokus memikirkan ekonomi sebagai dampak Covid-19. Sehingga tingkat kepercayaan berkurang. Kita masih mempelajari hal itu. Kemudian, ada jarak persentase yang tipis antara satu kandidat dengan kandidat lainya. Hal ini dapat memicu pragmatisme politik saat masa akhir kampanye,” ujar Zain yang juga Wakil Ketua DPD PAN Bukittinggi.
Sementara itu, Ketua BAPPILU PAN Bukittinggi Hendri juga menjelaskan survei ini mematahkan asumsi dan klaim-klaim yang ada selama ini.
Hendri menuturkan dengan tingginya Undecided Voter (pemilih belum menentukan) menjadikan prediksi sulit ditebak. Angka minat pemilih yang sudah menentukan hanya rata-rata 25 persen dan artinya pemilih yang sudah yakin dengan pilihannya sangat kecil.
Menurut Hendri, jika ada satu atau dua pasang calon yang dominan, seharusnya tingkat pemilih yang sudah menentukan sudah lebih diatas 50 persen.
“Awalnya kami memprediksi ada satu atau dua kandidat yang dominan, ternyata tidak. Dengan sisa waktu kampanye hanya satu bulan, malah 75 persen belum yakin dengan calon pilihannya. Seolah-olah para relawan dan tim sukses seperti baru turun lapangan,” tambah Hendri.
Ketua DPD PAN Bukittinggi Ir.Hj.Rahmi Brisma saat dihubungi secara terpisah, mengapresiasi hasil kerja tim survey. PAN Bukittinggi membutuhkan gambaran ilmiah dari respon pemilih terhadap pasangan calon.
Selain itu, Anggota DPRD Bukittinggi tiga periode ini menjelaskan bahwa survei bukan untuk mencari siapa yang kuat atau lemah, namun mengukur tingkat kepedulian masyarakat terhadap pilkada itu sendiri.
“Ini bukan hanya persoalan partai politik saja. Pemilihan langsung memberi kebebasan bagi masyarakat untuk memilih. Perlu ada kepedulian terhadap agenda demokrasi dan masyarakat harus kritis. Silahkan berdiskusi atau berdebat sekalipun karena hal itu akan menjadi sarana penilai terhadap kualitas para calon. Nantinya, masyarakat yang akan menikmati atau merasakan kerugiannya,“ lanjut Rahmi Brisma.
Menyikapi kondisi ini, Hendri juga ikut menilai perlu adanya penegasan terhadap opini-opini yang ada. Hal ini mungkin saja menjadi catatan bagi seluruh tim kampanye pasangan calon. Opini yang dibangun dengan nada ofensif dan tendensius bisa saja menjadikan masyarakat bosan dengan prosesi politik. Dengan kondisi ekonomi sekarang ditambah pasca pilpres dan pemilu yang penuh persaingan,bisa saja membuat masyarakat jenuh dengan situasi ini.
“Hal ini bisa saja menjadi catatan bagi seluruh calon dan tim kampanyenya, apalagi bagi pasangan calon yang jauh-jauh hari sudah melakukan sosialisasi. Survei ini menunjukkan seolah-olah kampanye baru dimulai. Kami juga memahami bahwa PAN juga turun dalam konstestasi pilkada saat ini, dan tentunya bagi Irwandi-David (Idaman) ada positif dan negatifnya. Positifnya adalah bahwa Idaman merupakan calon yang terakhir mendeklarasikan diri. Dalam waktu sosialisasi yang singkat, ternyata diterima publik. Sedangkan, negatifnya adalah pasangan Idaman juga harus meyakinkan pemilih terutama gagasan tentang masalah ekonomi. Jangan ikut dalam opini ofensif dan tendensius yang hanya membuat masyarakat jenuh dan bosan, “pungkas Hendri. (*/edw)