Site icon rakyatsumbar.id

Singgalang 57 Tahun: Ketika Integritas Masih Dipilih di Tengah Zaman yang Mudah Menyerah

Oleh: Revdi Iwan Syahputra

Pemimpin Redaksi Rakyat Sumbar

Usia 57 tahun bagi sebuah media bukan sekadar penanda keberlangsungan. Ia adalah uji keteguhan nilai. Banyak media mampu lahir, tidak sedikit pula yang tumbang di tengah jalan—bukan karena kekurangan pembaca, tetapi karena kehilangan kompas etik dan keberanian moral.

Dalam konteks itulah Harian Singgalang menempati posisi penting dalam lanskap pers Sumatera Barat dan nasional. Sejak berdiri pada 18 Desember 1968, Singgalang tidak hanya hadir sebagai media informasi, tetapi sebagai institusi sosial yang memikul tanggung jawab publik: mencerdaskan, mengawasi kekuasaan, dan menjaga ruang diskursus yang sehat.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers secara tegas menyatakan bahwa kemerdekaan pers adalah hak asasi warga negara, dan pers memiliki fungsi informasi, pendidikan, hiburan, kontrol sosial, serta lembaga ekonomi. Dalam praktiknya, fungsi-fungsi itu tidak selalu mudah dijalankan—terutama di tengah tekanan ekonomi media dan perubahan teknologi yang masif.

Kualitas Sebuah Media Diuji

Singgalang memilih untuk tetap berdiri di atas landasan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ):

berita yang akurat, berimbang, tidak beritikad buruk, serta menghormati asas praduga tak bersalah. Di era ketika opini sering disamarkan sebagai fakta dan kecepatan mengalahkan verifikasi, sikap ini bukan sekadar pilihan redaksional, melainkan sikap ideologis.

Disrupsi Digital dan Ujian Kepercayaan

Disrupsi digital telah mengubah hampir seluruh wajah industri media. Platform digital dan media sosial memproduksi banjir informasi—namun tidak selalu kebenaran. Hoaks, disinformasi, dan framing manipulatif tumbuh subur, sering kali lebih cepat daripada berita yang diverifikasi.

Dalam situasi ini, media arus utama sesungguhnya menghadapi tantangan yang lebih berat: menjaga kepercayaan publik. Kepercayaan tidak dibangun dari viralitas, tetapi dari konsistensi.

Singgalang memahami bahwa informasi publik adalah amanah, bukan komoditas sesaat. Ia beradaptasi secara teknologi, namun tidak berkompromi pada prinsip. Cetak dan digital diposisikan sebagai dua kanal yang saling menguatkan, bukan saling meniadakan—dengan satu benang merah: etika jurnalistik.

Kepemimpinan Redaksi sebagai Penjaga Nilai

Salah satu kekuatan penting Singgalang hari ini adalah kepemimpinan redaksi yang solid dan berkarakter. Di bawah kendali Pemimpin Redaksi Khairul Jasmi, dengan dua Wakil Pemimpin Redaksi Widya Navies dan Sawir Pribadi, Singgalang memiliki arah editorial yang jelas dan terjaga.

Pucuk redaksi bukan sekadar manajer konten. Mereka adalah penjaga nilai dan arah ideologis media. Mereka menentukan bukan hanya apa yang layak diberitakan, tetapi bagaimana dan untuk kepentingan siapa sebuah berita disajikan.

Didukung oleh tim redaksi yang tangguh dan berintegritas, Singgalang kian mengokohkan diri sebagai koran yang berwibawa—berwibawa karena dipercaya, bukan karena ditakuti.

Kekuatan Lokal sebagai Fondasi Jurnalisme

Singgalang tumbuh dari dan bersama masyarakat Minangkabau. Ia memahami nagari, adat, relasi sosial, dan dinamika kekuasaan lokal. Pemahaman ini tidak bisa digantikan oleh algoritma atau media nasional yang melihat daerah dari kejauhan.

Justru dari identitas lokal yang kuat, Singgalang memperoleh legitimasinya. Media daerah tidak boleh minder. Ketika dikelola dengan prinsip yang benar, media lokal justru menjadi penjaga akal sehat paling dekat dengan publiknya.

57 Tahun dan Tanggung Jawab Sejarah

Memperingati 57 tahun Harian Singgalang bukan sekadar perayaan usia. Ini adalah momentum refleksi: bahwa pers yang sehat adalah prasyarat demokrasi yang sehat. Ketika media kehilangan integritas, yang runtuh bukan hanya kredibilitas, tetapi kepercayaan publik dan kualitas kehidupan berdemokrasi.

Singgalang menunjukkan bahwa bertahan dengan nilai memang lebih berat, tetapi jauh lebih bermakna.

Di tengah kebisingan disrupsi digital, Singgalang memilih tetap tenang. Di tengah godaan sensasi, ia memilih verifikasi. Di tengah tekanan zaman, ia memilih integritas. Dan selama pilihan itu dijaga, Singgalang akan terus relevan—sebagai penjaga marwah pers, dari Ranah Minang untuk Indonesia. Selamat 57 Tahun, Singgalang.(*)

* Penulis adalah Pemimpin Redaksi Harian Rakyat Sumbar, pemegang Kompetensi Utama, Mantan Pemred Padang Ekspres dan Haluan dan beberapa media online.

Exit mobile version