Site icon rakyatsumbar.id

Bangkitkan Sepakbola Sumbar: Prof Syahrial Bakhtiar Ingatkan, Prestasi Tak Bisa Dibeli, Harus Dibina

Bangkitkan Sepakbola Sumbar: Prof Syahrial Bakhtiar Ingatkan, Prestasi Tak Bisa Dibeli, Harus Dibina.

PADANG, Rakyat Sumbar— Sepakbola Sumatera Barat tengah berada di persimpangan jalan. Prestasi merosot, klub-klub terseok, dan aliran talenta baru makin menipis. Di tengah situasi itu, Guru Besar sekaligus praktisi olahraga Universitas Negeri Padang (UNP), Prof. Syahrial Bakhtiar, menyampaikan peringatan keras: kebangkitan sepakbola Sumbar mustahil terjadi tanpa revolusi pembinaan usia dini yang berbasis ilmu pengetahuan.

Menurut Prof. Syahrial, salah satu akar dari problem sepakbola Sumbar adalah hilangnya fondasi pembinaan yang sistematis. Padahal, daerah ini punya sejarah panjang melahirkan bakat-bakat besar.

“Kita butuh akademi sepakbola U-7 sampai U-16 yang ditangani secara serius. Semua harus berbasis sport science, bukan sekadar feeling pelatih,” tegasnya.

Identifikasi Bakat Harus Ilmiah, Bukan Selera

Prof. Syahrial menilai langkah pertama yang wajib dilakukan adalah deteksi bakat yang terukur. Setiap pemain muda harus melalui pemeriksaan kemampuan motorik, kecepatan, kecerdasan permainan, hingga aspek psikologis.

“Deteksi bakat itu krusial. Tidak semua anak cocok jadi pesepakbola. Dan tidak semua pesepakbola cocok di semua posisi,” ujarnya.

Setelah itu, kualitas calon pemain harus dibandingkan dengan standar internasional, bukan hanya sesama pemain lokal.

“Tesnya harus memakai benchmark internasional supaya kita tahu seberapa jauh level mereka dari pemain elite dunia,” kata Prof. Syahrial.

Setelah Teridentifikasi, Baru Dibina

Ia menyoroti kekeliruan pola pembinaan yang sering terjadi: seleksi dijadikan pintu masuk, padahal seharusnya menjadi pintu keluar dari proses pembinaan.

Pembinaan, menurutnya, harus mencakup soal pelatih berlisensi dan menguasai periodisasi, fasilitas latihan memadai, kurikulum berjenjang, kompetisi rutin dan pemantauan perkembangan pemain.

“Yang sering terjadi, seleksi dulu, pembinaan belakangan. Pola seperti itu sudah tidak relevan,” tegasnya.

Jangan Boros Rekrut Pemain, Tapi Abaikan Pembinaan

Prof. Syahrial mengkritik keras budaya instan membeli pemain jadi tanpa membangun pemain sendiri.

“Jangan boros membeli pemain tapi pembinaannya diabaikan. Itu membuat kita stagnan, tidak punya identitas sepakbola sendiri,” ujarnya.

Menurutnya, klub akan terus berada dalam lingkaran ketergantungan jika tidak mulai membangun dari usia dini.

Tiga Tahun Cukup untuk Lihat Generasi Baru

Meski tampak berat, Prof. Syahrial optimistis Sumbar bisa bangkit bila mau menjalankan sistem pembinaan yang modern dan konsisten.

“Kalau dilakukan dengan benar dan sabar, dua sampai tiga tahun saja akan muncul pemain-pemain tangguh dari Ranah Minang,” ucapnya yakin.

Dengan warisan kultur kompetitif, kecerdasan bermain, dan karakter kuat, Sumbar sebenarnya punya modal besar. Yang kurang hanya sistem.

Waktunya Kebijakan Berpihak pada Pembinaan

Prof. Syahrial menekankan perlunya dukungan pemerintah daerah, Asprov PSSI, klub, kampus, dan pelatih untuk membangun ekosistem sepakbola yang sehat. Ia mendorong dibentuknya akademi resmi di seluruh kabupaten/kota, liga usia dini yang berjenjang, serta database pemain muda tingkat provinsi.

“Kebangkitan itu bukan mimpi. Tapi butuh keberanian meninggalkan pola lama dan membangun tradisi baru berbasis sains.”

Ranah Minang Punya Bakat. Yang Dibutuhkan Kini, Sistem.

Seruan Prof. Syahrial Bakhtiar menjadi alarm bagi semua pemangku kepentingan sepakbola Sumbar. Jika perubahan dilakukan sekarang, bukan tidak mungkin stadion-stadion di Sumbar kembali menjadi panggung lahirnya bintang-bintang baru.

Sekarang saatnya membangun, bukan sekadar berharap. Prestasi tidak bisa dibeli—prestasi harus dibina.(ope)

Exit mobile version