Sawahlunto, rakyatsumbar.id–Tangis pecah dirumah keluarga pasangan Satria Monalisa dan Jefrianto di Sumur Laban, Dusun Ladang Laweh, Desa Talago Gunung Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto.
Setelah putra bungsunya Arif Nofriadi Jefri (15), siswa kelas 9 SMPN 2 Sawahlunto, dikabarkan tewas gantung diri di ruang OSIS pada malam hari. Padahal, sebelum meregang nyawa, Arif sempat memeluk dan mencium ibunya yang sedang sakit.
Pasangan Satria Monalisa – Jefrianto, tak percaya putra bungsu kesayangannya pergi selamanya karena bunuh diri. Mereka menyaksikan Arif, dalam keadaan ceria tanpa masalah di keluarga. Apalagi, dia sempat memeluk dan mencium ibunya sebelum keluar rumah setelah magrib untuk main bersama sahabatnya di SMPN 2, tak jauh dari rumahnya.
Korban Arif Nofriadi Jefri, dikenal santun dan sangat menghormati kedua orang tuanya. Prilaku korban ini diperkuat pernyataan kakeknya Azwir (69).
” Arif itu anak kesayangan di keluarga, orangnya patuh, santun sama orang tua dan orang lainya. Saya juga tak percaya Arif bunuh diri, karena sebelumnya dia juga mengurut saya saat sedang deman,” katanya.
Kepala SMPN 2 Sawahlunto Yulianto,M.Pd saat dikonfirmasi Rakyat Sumbar di rumah duka, Selasa (07/10/2025), mengakui sosok korban Arif Nofriadi Jefri merupakan anak yang ceria, senang bergaul dengan siapa saja, baik dengan teman-temannya maupun dengan guru-guru disekolah, kalau diluar sekolah beliau tak mengetahui aktifitas korban.
“Anaknya itu ceria dan suka bergaul, hormat dan santun ke guru dan teman-temannya. Tapi diluar sekolah kami tak tahu aktifitas dan pergaulannya. Tapi dia sering bermain di sekolah diluar jam belajar karena ada temannya disini,” ucap Yulianto.
SMPN 2 Sawahlunto dulunya merupakan sekolah unggulan boarding school di era Walikota Ali Yusuf yang cukup dikenal. Namun berganti pucuk pimpinan politik, sekolah berada di Sapan, Kelurahan Durian II, ini hanya menyisakan 9 siswa boarding school.
Dikatakan Yulianto, Korban bukanlah anak boarding school, tapi dia sering bermain ke sekolah diluar jam pelajaran karena ada temannya anak-anak boarding dan teman sepermainannya lainnya.
“Sekarang ada 9 siswa boarding school, yang ikut program menginap terdiri dari 2 laki-laki dan 7 siswa putri mereka berasal dari beberapa desa di Kota Sawahlunto dan Kabupaten Dharmasraya,” pungkasnya.
Kapolres Sawahlunto, melalui Kasat Reskrim Iptu Amar Faradiba dalam laporan yang diterima Rakyat Sumbar memaparkan, peristiwa tersebut di informasikan warga sekitar pukul 22.00 WIB, Senin, 06 Oktober 2025. Warga menyampaikan ke polisi telah terjadi kejadian gantung diri didalam Kamar Ruangan Osis SMPN 2 Sawahlunto, di Sapan, Kelurahan Durian II.
Korbannya adalah Arif Nofriadi Jefri berusia15 tahun, Pelajar SMPN 2 Sawahlunto, beralamat di Sumur Laban Dusun, Dusun Ladang Laweh, Desa Talago Gunung, Kec. Barangin Kota Sawahlunto. Ada 2 saksi yakni Fharel Julimi Putra (15), pelajar SMPN 2 asal Desa Taratak Bancah Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunto, domisili di asrama SMPN 2 Sapan.
Saksi kedua Raviko Irganda (34), pegawai honorer SMPN 2 alamat Desa Muaro Kalaban Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunto, dan domisili di asrama SM N 2 Sawahlunto.
Fharel Julimi Putra kepada polisi menyebutkan, dia terakhir kali melihat korban pukul 19.00 WIB sedang duduk memegang handphone di teras asrama laki-laki persis didepan ruang OSIS. Tak lama kemudian dia masuk ke ruang asrama untuk mandi dan istirahat.
Sekitar pukul 20.30 WIB, saksi Fharel mendengar suara korban sedang menangis di taman yang berada diatas asrama, namun saksi tak menggubris karena korban sering dan biasa menangis dilingkungan SMPN 2 Sawahlunto.
Tepat sekitar pukul 21.30 WIB Fharel tak lagi mendengar suara tangisan korban. Lalu dia keluar dari asrama mengecek dan memandang kearah taman tapi korban sudah tidak kelihatan dan berada di taman lagi.
Namun, saat Fharel hendak kembali ke asrama, dia terkejut ulah seekor kucing melompat keatas atap ruangan OSIS. Penasaran bunyi gaduh suara kucing, dia kemudian mengecek kedalam kamar yang ada di ruangan OSIS melalui jendela. Saat itulah dia melihat korban dalam posisi tidur menyamping kearah meja dengan leher terlilit tali pramuka.
Menyaksikan peristiwa itu, Fharel lalu memberitahu saksi kedua Raviko, selang beberapa waktu, Raviko memberitahukan kejadian tersebut kepada keluarga korban di rumahnya. Saat keluarga korban datang ke TKP, paman korban Nova langsung membuka jeratan tali di leher korban dan mengangkat korban ke luar TKP.
Ketika personil Polsek Barangin tiba di TKP, kondisi jenazah korban sudah berpindah dari TKP diletakkan diatas meja didepan ruangan Majelis Guru. Saat dilakukan pengecekan pengecekan oleh pihak petugas denyut nadi dan pernafasan, korban sudah meninggal dunia dengan suhu badan sudah mendingin.
Kemudian korban langsung dibawa ke IGD RSUD Sawahlunto untuk dilakukan visum et revertum. Hasil visum ditemukan jejak lilitan sejenis tali di leher, kemudian jejak jeratan tali dibelakang telinga kiri, luka memar di di dahi, celana keadaan basah diperkirakan mengeluarkan air seni, bibir bagian dalam sebelah kanan ada luka karena gigitan dan hidung mengeluarkan darah.
Pihak keluarga menolak dilakukan otopsi korban. Penolakan ini dituangkan di surat pernyataan tidak dilakukan otopsi terhadap jenazah korban. Korban saat ini sudah dikebumikan di TPU Dwi Lahan Air Karuh, Durian II, Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto.
Saat berita ini diturunkan, pihak polisi mengamankan barang bukti berupa 1 utas tali pramuka, sepasang sendal warna hitam, 1 bungkusan bekas obat tablet jenis bodrex. Dan gelar perkara terkait hasil penyelidikan yang dilakukan terhadap kematian korban.
Kini polisi tengah menggelar perkara, apakah kematian korban karena bunuh diri atau disebabkan peristiwa lainnya. (iyd)