Site icon rakyatsumbar.id

Porprov 2026 atau Ilusi Prestasi: KONI Sumbar di Titik Tanpa Alasan

Oleh Revdi Iwan Syahputra
Pemimpin Redaksi Harian Rakyat Sumbar

Olahraga Sumatera Barat sedang berdiri di depan cermin. Tahun 2025 memantulkan satu kenyataan yang tak bisa lagi ditutup dengan seremoni dan spanduk prestasi: potensi ada, prestasi muncul, tetapi sistem belum sepenuhnya bekerja. Dan di titik inilah, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sumbar memikul tanggung jawab paling besar—dan paling menentukan.

Rapat Kerja Provinsi (Rakerprov) KONI Sumbar 2025 sejatinya sudah berbicara cukup keras. Rekomendasinya jelas, arahnya tegas, bahkan bisa disebut sebagai alarm organisasi. Porprov Sumbar 2026 ditetapkan sebagai fondasi utama pembinaan atlet menuju PON 2028. Artinya, Porprov tidak lagi boleh menjadi ajang rutinitas, apalagi panggung kompromi politik, gengsi daerah, dan pembagian jatah cabang olahraga.

Jika Porprov 2026 masih amatiran—ramai di pembukaan, senyap dalam evaluasi—maka Sumatera Barat sesungguhnya sedang membangun ilusi prestasi.

KONI Tak Bisa Lagi Netral

Rakerprov telah memberi mandat moral yang tegas: KONI Sumbar tidak bisa lagi berdiri netral dan nyaman sebagai fasilitator administratif. Situasi menuntut kepemimpinan yang memihak prestasi, bukan kepentingan.
Pesannya lugas: hentikan pembinaan setengah hati, hentikan pemborosan anggaran pada cabang olahraga yang tidak punya arah PON, dan hentikan budaya “ikut Porprov dulu, urusan prestasi belakangan”.

Keberanian memang tidak populer. Namun olahraga prestasi memang tidak pernah lahir dari kompromi.
Jika KONI masih ragu memangkas cabang yang stagnan, masih takut menegur pengurus yang abai, atau masih menutup mata terhadap pembinaan semu, maka kegagalan PON 2028 sesungguhnya sudah bisa dibaca dari sekarang.

Struktur Gemuk, Kinerja Tumpul

Masalahnya bukan hanya pada program, tetapi pada kepengurusan KONI itu sendiri. Rakerprov 2025 secara tersirat dan tersurat telah menegaskan satu fakta pahit: struktur kepengurusan besar di atas kertas, tetapi tidak maksimal di lapangan kerja.

Terlalu banyak bidang, terlalu banyak nama, terlalu sedikit dampak.
Redaksi berpandangan tegas: KONI Sumbar harus dipangkas dan direvisi total. Ini bukan soal suka atau tidak suka, tetapi soal relevansi dan efektivitas. Pengurus yang tidak aktif, tidak menghasilkan program pembinaan, tidak menyumbang data atlet, dan tidak berkontribusi pada agenda Porprov dan PON harus disingkirkan.

KONI bukan ruang parkir jabatan, bukan pula etalase status sosial. Organisasi olahraga prestasi hanya membutuhkan satu hal: orang yang bekerja.

Porprov 2026 Bukan Pesta, Tapi Seleksi Keras

Redaksi menegaskan sikap: Porprov 2026 harus menjadi seleksi keras, bukan festival olahraga.
Atlet yang tampil harus benar-benar diproyeksikan ke PON, bukan sekadar memenuhi kuota kabupaten/kota.
Pelatih harus dievaluasi dengan ukuran kinerja, bukan kedekatan.
Anggaran harus mengikuti prestasi, bukan sebaliknya.
Tanpa standar nasional, sport science, database atlet terintegrasi, dan evaluasi terbuka, Porprov hanya akan melahirkan juara lokal yang gugur saat berhadapan dengan provinsi lain di PON.
Porprov 2026 membutuhkan mesin organisasi yang tajam, bukan kepengurusan ornamental.

Waktu Sumbar Tidak Panjang
PON 2028 bukan agenda jauh. Kalender olahraga nasional tidak memberi ruang untuk ragu-ragu.
-2025 seharusnya menjadi tahun konsolidasi nyata.
-2026 tahun seleksi tanpa kompromi.
-2027 tahun pemantapan total.
Jika tahapan ini meleset, maka Sumbar akan kembali hadir di PON sebagai peserta, bukan penantang.

Prestasi Bukan Kebetulan

Medali atlet Sumbar di SEA Games, raihan di PON Beladiri, serta bonus miliaran rupiah untuk atlet patut diapresiasi. Namun redaksi menilai, prestasi individual tidak boleh dijadikan selimut untuk menutupi kelemahan sistemik.
Prestasi besar tidak lahir dari keberuntungan. Ia lahir dari kebijakan yang konsisten, organisasi yang disiplin, dan keberanian mengambil keputusan tidak populer.

Rakerprov KONI Sumbar 2025 telah memberi arah. Kini tinggal satu pertanyaan yang harus dijawab secara jujur oleh KONI Sumbar:
apakah rekomendasi itu akan dieksekusi, atau hanya menjadi arsip rapat tahunan?

Catatan
– Olahraga Sumbar tidak kekurangan atlet.
– Yang sering kurang adalah ketegasan pengambil keputusan.
– Porprov 2026 adalah ujian kredibilitas KONI Sumbar.
– PON 2028 adalah vonis sejarah.
– Dan sejarah, seperti biasa, tidak mencatat alasan—hanya hasil.
Salam Olahraga, Jaya!!!

Exit mobile version