Site icon rakyatsumbar.id

Perilaku Ekonomi Dalam Perspektif Islam

Oleh: Resa Permata Sari 2213040083 (Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah UIN Imam Bonjol Padang)


A. Hubungan Manusia dengan Ekonomi

Dalam literatur ekonomi konvensional, ekonomi didefinisikan sebagai studi tentang perilaku manusia (dalam konteks mikro) dan perilaku masyarakat (dalam konteks makro) untuk menentukan bagaimana menggunakan sumber daya yang tahan lama dan memiliki beberapa cara alternatif untuk memproduksi berbagai komoditas untuk digunakan nanti, baik sekarang maupun di masa depan, kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu komunitas tertentu.

Dalam ekonomi, sumber daya tersebut disebut sebagai faktor atau faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk memproduksi barang.

Menurut penjelasan di atas, manusia memiliki pemahaman dasar tentang ekonomi mengenai jenis barang dan jasa yang diproduksi, cara mengemasnya, cara menjualnya, dan cara mengidentifikasi opsi produksi alternatif.

Jelas bahwa tantangan ekonomi saat ini adalah penggunaan daya yang kurang melimpah untuk mengurangi kebutuhan manusia yang terbatas. Kelangkaan terjadi ketika jumlah sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu atau barang yang dibutuhkan untuk hidup terbatas.

Kelangkaan ini dapat terjadi karena dua jenis batasan:

1. Terbatas, di mana jumlah sumber daya yang tersedia lebih sedikit dari jumlah kebutuhan manusia.

2. Terbatas, di mana orang harus melakukan pengorbanan untuk mendapatkan sumber daya tersebut.
Dalam ekonomi Islam, manusia tetap dipandang sebagai faktor utama dalam produksi walau mesin sudah bisa menggantikan tenaga manusia karena pada dasarnya mesin itu sendiri diciptakan oleh manusia. Ketika sudah dihasilkan, proses distribusi untuk sampai ke tengah-tengah masyarakat (termasuk pengemasan, iklan, penentuan segmen pasar, dan sebagainya) juga memerlukan tenaga dan pikiran manusia.

Berkaitan dengan ini, pemikiran Ibnu Khaldun yang mengaitkan ilmu ekonomi Islam dengan ilmu sosiologi ada benarnya.

Dengan demikian, ekonomi Islam memandang fitrah manusia sebagai faktor utama yang menggerakkan perekonomian.

Dalam perspektif ekonomi konvensional, sektor moneter dan alam dianggap sebagai penggerak utama roda perekonomian.

B. Sifat Manusia dalam Islam

Dalam Alquran al-Hijr ayat 28-29 dan at-Tin 4 Allah SWT menerangkan proses penciptaan manusia mulai dari tanah yang kemudian dibentuk dengan sebaik-baiknya sampai ditiupkannya roh sehingga ia menjadi hidup Dengan mempertimbangkan beberapa ayat sebagaimana disebutkan di atas, jelaslah bahwa rencana besar Allah SWT untuk menciptakan manusia termasuk penciptaan manusia secara bertahap, yang menghasilkan makhluk yang paling sempurna.

Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengan tubuh dan kemampuan yang berfungsi dengan baik.

Mereka memiliki kemampuan untuk memahami, berbicara, mengatur, dan bertindak bijak, yang tidak dimiliki makhluk lain.

Dalam Tafsir al-Wajiz, al-Zuhaily mengatakan bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengan tubuh yang sempurna selain memiliki akal, lisan, dan berbagai keunggulan lainnya yang melebihi kebanyakan makhluk di bumi.

C. Karakteristik, keinginan dan kebutuhan

Secara umum, ilmu ekonomi adalah studi ilmiah tentang kepemilikan, penggunaan, dan pertukaran sumber daya langka. Ilmu ekonomi dianggap sebagai ilmu sosial karena menggunakan metode ilmiah untuk membuat teori yang dapat menjelaskan perilaku individu, kelompok, dan organisasi.

Ilmu ekonomi berusaha menjelaskan perilaku ekonomi yang muncul ketika sumber daya langka dipertukarkan.

Menurut ilmu ekonomi ini, kelangkaan terjadi ketika jumlah barang yang diinginkan atau dibutuhkan lebih besar dari jumlah barang yang tersedia. Penjelasan di atas tidak menunjukkan bahwa ada perbedaan antara kebutuhan dan keinginan.

Fokusnya hanya pada dampak, jadi jika kedua faktor ini memberikan efek kelangkaan, keduanya dianggap sama.
Ada perbedaan mendasar antara kebutuhan dan keinginan, secara harfiah.

Misalnya, kita sering menemukan sesuatu yang kita inginkan dalam kehidupan sehari-hari, meskipun sebenarnya tidak dibutuhkan.

Menurut Raiklin dan Bulent, kebutuhan adalah “keinginan yang berbentuk suatu keharusan yang mendesak dalam memperoleh barang dan jasa untuk mencapai kepuasan”​​ Keinginan (keinginan) “mencakup kebutuhan tetapi melampauinya; keinginan adalah kebutuhan ditambah beberapa sisa keinginan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

Sebaliknya, kebutuhan merupakan komponen penting yang diperlukan untuk bertahan hidup dan berfungsi sebagai suatu keharusan.

Kebutuhan mencakup segala sesuatu, tetapi kebutuhan yang lebih besar adalah barang dan jasa yang ingin dipenuhi setiap orang pada hal yang dianggap kurang.

Karena kebutuhan adalah kebutuhan dasar manusia, pengertian ini menunjukkan bahwa kebutuhan harus dipenuhi.

Namun kebutuhan lebih besar daripada keinginan. Keinginan mendesak tidak harus dan tidak mengikat.

Ada perbedaan mendasar antara kebutuhan dan keinginan, seperti yang ditunjukkan oleh penjelasan di atas. Perekonomian tidak terlalu memperparah perbedaan ini, sehingga kedua masalah ini sering disamakan dalam literatur konvensional.

Penyamaan menyebabkan eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali, yang menyebabkan ketidakseimbangan ekologi yang serius. Setelah itu terjadi, manusia mengakibatkan berbagai bencana alam.

Dalam berbagai literatur ekonomi, kebutuhan dibagi berdasarkan
sifat, waktu, subjek, kepentingan, dan jenisnya.

1. berdasarkan sifat, kebutuhan terbagi dua, yaitu:

a. Kebutuhan jasmani, yang berkaitan dengan aspek penjagaan fisik seperti makanan,olahraga, dan istirahat; dan

b. Kebutuhan rohani, yang berkaitan dengan aspek penjagaan jiwa seperti ibadah, hiburan, rekreasi, dan sebagainya.

2. berdasarkan waktu, kebutuhan dibagi ke dalam empat segmen, yaitu:

a. Kebutuhan saat ini, seperti asupan makanan di saat lapar;

b. Kebutuhan masa depan, seperti persiapan menghadapi ujian

c. Kebutuhan untuk waktu yang tidak terduga, seperti kebutuhan jika terjadi musibah; dan

d. Kebutuhan untuk masa akhirat, seperti pemenuhan kewajiban agama sebagaimana yang diwajibkan bagi seorang muslim.

3. Berdasarkan subjek, kebutuhan dibagi dua, yaitu:

a. Subjek individu, kebutuhan perseorangan seperti anak yang membutuhkan orang tua.

b. Kebutuhan kelompok, kebutuhan yang cenderung mengarah pada kepentingan masyarakat, yaitu pasar, rumah sakit, angkutan umum, dan lain sebagainya.

4. berdasarkan intensitas atau kepentingannya yakni:

a. Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan
mempertahankan hidup secara layak seperti dari sandang (pakaian), pangan (makan), dan papan (tempat tinggal).

b. Kebutuhan sekunder, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan usaha menciptakan atau menambah kebahagiaan hidup; tidak bersifat wajib atau dapat ditunda pemenuhannya, seperti pendidikan, hiburan, akses kesehatan dan lain-lain.

c. Kebutuhan tersier, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan usaha menciptakan nilai tambah diri atau prestise atau gengsi, seperti liburan ke luar negeri, perhiasan, dan barang bermerek.

5. berdasarkan jenisnya, Maslow membagi kebutuhan manusia dalam lima tingkatan, yaitu:

a. Fisiologis (physiological) meliputi kebutuhan dasar seperti makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal.

b. Keselamatan (safety) seperti lingkungan kerja yang aman dan keamanan pekerjaan.

c. Sosial (social) suka merasa diinginkan atau menjadi bagian dari tim

d. Esteem seperti status sosial, promosi, atau pujian.

e. Aktualisasi diri (self-actualization) seperti kebutuhan intelektual dan pencapaian target.

D. Kesimpulan

Menurut Islam, perilaku ekonomi menekankan integrasi antara aspek material dan spiritual. Fokus ekonomi Islam tidak hanya mencapai keuntungan finansial; itu juga menekankan keadilan, kesetaraan, dan tanggung jawab sosial. Pengelolaan sumber daya didasarkan pada prinsip-prinsip seperti keadilan, tauhid, dan khilafah.

Konsumsi harus berdasarkan kebutuhan, hindari pemborosan dan keserakahan. Zakat dan amal juga menjadi alat penting untuk menyebarkan kekayaan.

Oleh karena itu, tujuan dari perilaku ekonomi yang sesuai dengan ajaran Islam adalah untuk mencapai kesejahteraan umum dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. (*)

Exit mobile version