Site icon rakyatsumbar.id

Menghidupkan Spirit Nuzulul Quran dalam Kehidupan

Tomi Hendra, M.Sos

Tomi Hendra, M.Sos

Oleh: Tomi Hendra

Dosen UIN Bukittinggi

Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah dan maghfirah.

Bulan ini juga dikenal dengan nama Syahrul Mubarak.

Penamaan Syahrul Mubarak menggambarkan bahwa bulan ini penuh dengan keberkahan yang diberikan Allah kepada umat Islam.

Oleh karena itu, sudah seharusnya di bulan yang penuh berkah ini, umat Islam tidak hanya melaksanakan ibadah puasa di siang hari.

Masih banyak amal ibadah lain yang dapat dilakukan, di antaranya qiyamul lail seperti salat tarawih dan witir.

Selain itu, bulan Ramadhan juga dikenal dengan nama Syahrul Qur’an karena di bulan inilah pertama kali Al-Qur’an diturunkan.

Bulan ini menjadi momen yang bersejarah bagi umat Islam.

Oleh sebab itu, setiap bulan Ramadhan, umat Islam di seluruh dunia memperingati Nuzulul Qur’an, yaitu peristiwa turunnya Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia.

Turunnya Al-Qur’an di salah satu malam di bulan Ramadhan bukan hanya sekadar peristiwa sejarah, tetapi juga harus menjadi bahan renungan bagi umat Islam di mana pun berada.

Hal ini menjadi pengingat bahwa Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk dalam kehidupan manusia.

Dalam realitas kehidupan saat ini yang semakin berkembang dengan teknologi dan ilmu pengetahuan, Al-Qur’an tetap relevan sebagai sumber nilai, moral, dan solusi terhadap berbagai persoalan kehidupan, baik dalam aspek sosial, ekonomi, moral, maupun budaya.

Namun, ada hal yang patut kita renungkan: apakah kita sebagai umat Islam saat ini sudah benar-benar mengamalkan ajarannya, ataukah peringatan Nuzulul Qur’an hanya menjadi seremonial belaka?

Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan, tepatnya pada malam Lailatul Qadar. Turunnya Al-Qur’an pada malam yang penuh kemuliaan merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada manusia.

Al-Qur’an diturunkan bukan hanya untuk dibaca, tetapi juga untuk ditadaburi serta diamalkan, sehingga keberadaannya memberikan pengaruh positif bagi umat Islam.

Namun, di balik tujuan diturunkannya Al-Qur’an, ada hal yang patut disayangkan, yaitu banyak umat Islam yang hanya menjadikan Al-Qur’an sebagai bacaan ritual tanpa memahami makna mendalam di balik setiap ayatnya.

Dalam Surah Muhammad ayat 24, Allah telah mengingatkan:

“Maka apakah mereka tidak mentadabburi Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?”

Ayat ini menegaskan bahwa memahami Al-Qur’an secara mendalam adalah kewajiban, bukan sekadar pilihan. Oleh karena itu, Nuzulul Qur’an harus menjadi momentum bagi kita semua untuk meningkatkan literasi Al-Qur’an.

Al-Qur’an tidak hanya dibaca pada momen tertentu, tetapi juga harus diimplementasikan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari.

Nuzulul Qur’an lebih dari sekadar peringatan turunnya Al-Qur’an.

Momen ini harus menjadi titik balik bagi umat Islam untuk memperbaiki hubungan dengan kitab suci.

Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca, tetapi juga untuk direnungi dan diamalkan dalam setiap aspek kehidupan.

Sudah seharusnya umat Islam benar-benar mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an.

Jika hal ini dilakukan, maka keberkahan dan kemuliaan akan senantiasa menyertai kehidupan kita, baik secara individu maupun kolektif.

Ramadhan dan Nuzulul Qur’an adalah waktu terbaik untuk kembali kepada Al-Qur’an serta menjadikannya cahaya yang menerangi jalan kehidupan menuju kebaikan dan keberkahan.

 

Exit mobile version