Site icon rakyatsumbar.id

Jejak Kata yang Menginspirasi: Leni Marlina dan Ramli Djafar Bersinar di IMLF-3

Jejak Kata yang Menginspirasi: Leni Marlina dan Ramli Djafar Bersinar di IMLF-3

Padang, Rakyat Sumbar – Dalam hangat malam yang diselimuti cahaya lampu istana, kata-kata menemukan singgasananya. Gala dinner The Third International Minangkabau Literacy Festival (IMLF-3) bukan sekadar seremoni penutup, tetapi selebrasi jiwa—di mana dua sosok, Leni Marlina dan Ramli Djafar, berdiri di panggung bukan karena sorotan semata, melainkan karena terang dari karya mereka sendiri.

Mereka dipanggil bukan hanya dengan nama, tapi dengan gelar kehormatan: Penulis Berprestasi 2025 untuk Leni Marlina, dan Penulis Prolifik 2025 untuk Ramli Djafar. Dua penghargaan yang lahir dari konsistensi menenun kata, merawat makna, dan menyemai inspirasi dalam diam.

Bagi Leni, menulis adalah jalan sunyi yang ia tempuh dengan setia. Sebagai dosen di Departemen Bahasa dan Sastra Inggris FBS Universitas Negeri Padang, ia tak hanya mengajar, tetapi juga menggerakkan pikiran lewat esai, artikel, dan tulisan bernas lainnya. Leni menulis untuk masyarakat, dan menerjemahkannya untuk dunia—karena ia tahu, aksara bisa menjelajah lebih jauh dari kaki manusia.

“Dunia maya tak berbatas. Informasi dari ranah kita harus bisa menyeberang hingga pembaca mancanegara,” begitu semangat yang ia jaga. Dalam tulisan-tulisannya, bahasa Inggris bukan sekadar medium, tetapi jembatan pemahaman lintas budaya.

Sementara itu, Ramli Djafar hadir sebagai potret penulis sejati—yang tak menjadikan profesi sebagai alasan, tetapi menjadikan waktu sebagai ladang. Meski bekerja di sektor swasta, ia tak berhenti menulis. Puisinya tumbuh seperti musim yang tak mengenal jeda: Puisiku Doaku, Menikmati Impian Tanpa Musim, Bahtera, Bunda & Bunga, dan banyak lagi. Ia bahkan menjadi editor dalam antologi Sang Pejuang Cinta, membuktikan bahwa produktivitas lahir dari gairah, bukan posisi.

“Menulis itu jiwaku,” katanya lirih tapi mantap. Di balik layar keseharian, Ramli adalah penulis renungan, puisi, dan syair lagu—sederhana, namun menggugah.

Ketua SatuPena Sumatera Barat, Sastri Bakry, menjelaskan bahwa penghargaan ini merupakan bentuk penghormatan terhadap dedikasi yang tak kasat mata, namun nyata pengaruhnya. Kurator tahun ini adalah tiga nama besar: Saunir Saun, Yurnaldi, dan Armaidi Tanjung—yang sebelumnya juga pernah menerima penghargaan serupa.

IMLF-3 tak sekadar festival. Ia adalah ruang bagi mereka yang memilih menulis saat yang lain memilih diam. Leni dan Ramli menunjukkan, bahwa menulis bukan sekadar keterampilan, tapi laku hidup—dan dari situlah peradaban bergerak, perlahan tapi pasti.(ope)

Exit mobile version