Tanahdatar, Rakyat Sumbar – Di tengah hamparan sawah Kapalo Koto, batas antara Jorong Gurun dan Jorong Ampalu, berdiri sebuah batu besar yang dikenal masyarakat setempat sebagai Batu Kasek. Batu ini bukan sekadar benda mati—ia menyimpan legenda dan sejarah panjang yang menjadi sumber inspirasi terciptanya salah satu aliran silat paling terkenal dari Ranah Minang: Silek Harimau.
Konon, pada masa silam, tidak ada satu pun warga yang berani melintasi kawasan Batu Kasek selepas Maghrib. Masyarakat percaya, batu ini adalah tempat persinggahan harimau sebelum melintas menuju Luak Ruyuang untuk minum. Dari lembah-lembah Gurun hingga kaki Gunung Merapi dan wilayah Pariangan, jejak sang harimau menjadi saksi hidup budaya dan tradisi Minangkabau.
Legenda harimau Batu Kasek inilah yang mengilhami Datuk Suri Dirajo, seorang pendekar legendaris, menciptakan jurus-jurus khas dalam Silek Harimau pada tahun 1119. Berawal dari Pariangan, seni bela diri ini awalnya hanya diajarkan kepada pengawal kerajaan dan digunakan saat peperangan. Tujuannya jelas: mengalahkan musuh secepat mungkin dalam pertempuran satu lawan satu hingga satu lawan empat.
Silek Harimau terus diwariskan secara turun-temurun. Salah satu pewaris tertuanya adalah Inyiak Angguik pada abad ke-19, yang kemudian menurunkan ilmunya kepada cucunya, Dina Sutan Mangkuto. Dari Dina, keilmuan ini berpindah ke tangan Edwel Yusri Datuk Rajo Gampo Alam, pewaris terakhir sekaligus pelestari utama Silek Harimau Minangkabau di masa kini.
Menyadari pentingnya regenerasi, Datuak Edwel memutuskan membuka ilmu ini kepada masyarakat umum. Ia mendirikan Perguruan Silek Harimau Minangkabau (SHM) pada tahun 2006, agar siapa pun yang berminat dapat mempelajari dan melestarikan warisan budaya ini.
Kini, untuk mengenang legenda harimau Batu Kasek, masyarakat Kapalo Koto membangun sebuah patung harimau yang menghadap langsung ke Luak Ruyuang, tempat sang harimau dahulu biasa minum. Tepat 18 meter dari Batu Kasek, berdiri Medan Bapaneh, sebuah arena seni bela diri hasil karya warga Kapalo Koto. Tempat ini menjadi pusat pelatihan berbagai aliran silat, terutama Silek Harimau.
Menariknya, anak-anak peserta pelatihan kerap menyempatkan diri duduk di atas Batu Kasek sebelum latihan, seolah menyerap energi dan semangat dari legenda yang telah menjadi darah daging Ranah Minang. Di sanalah, warisan harimau terus hidup, bukan hanya sebagai cerita, tetapi sebagai gerak, semangat, dan identitas.(*)