Site icon rakyatsumbar.id

Fakultas Teknik Unand Bangun Huntara untuk Korban Galodo Padang

Rancang bangun Huntara yang akan di bangun Fakultas Teknik Unand

Padang, Rakyat Sumbar — Galodo yang melanda sejumlah wilayah di Kota Padang beberapa pekan lalu tidak hanya meruntuhkan rumah-rumah warga. Ia juga memutus rasa aman dan kepastian hidup. Di tengah lanskap tanah basah dan sisa-sisa bangunan yang rusak, upaya pemulihan perlahan bergerak. Salah satunya datang dari Fakultas Teknik Universitas Andalas (Unand), yang membangun hunian sementara (Huntara) bagi warga terdampak bencana hidrometeorologi tersebut.

Bagi Fakultas Teknik Unand, pembangunan Huntara bukan sekadar respons darurat. Lewat Program Pengabdian Kebencanaan, Unand menegaskan bahwa ilmu pengetahuan memiliki tanggung jawab sosial yang hadir saat masyarakat berada pada titik paling rentan.

Program ini didanai melalui skema Pengabdian Kebencanaan Universitas Andalas dan dilaksanakan langsung oleh Fakultas Teknik Unand. Kegiatan dipimpin oleh Dekan Fakultas Teknik Unand Prof. Dr. Ir. Is Prima Nanda, S.T., M.T., dengan dukungan Wakil Dekan I Prof. Dr.Eng. Muhammad Ilhamdi Rusydi, S.T., M.T., Wakil Dekan II Devi Chandra, S.T., M.T., Ph.D., serta jajaran pimpinan fakultas lainnya. Kehadiran para pimpinan di lapangan menjadi penanda bahwa program ini dirancang sebagai kerja nyata, bukan kegiatan seremonial.

Pekerjaan teknis pembangunan Huntara dikoordinasikan oleh Prof. Ir. Abdul Hakam, M.T., Ph.D., pakar geoteknik yang berpengalaman dalam penanganan infrastruktur pascabencana. Bersama Prof. Fauzan, ahli struktur rumah aman bencana, tim memastikan setiap hunian dibangun di lokasi yang telah melalui analisis risiko. Struktur dibuat sederhana agar cepat dibangun, namun tetap memenuhi prinsip kekuatan, keselamatan dan kenyamanan dasar.

Pendekatan yang digunakan tidak berdiri pada satu disiplin ilmu. Dosen dan civitas akademika Fakultas Teknik Unand dari bidang geoteknik, struktur, lingkungan, mesin, elektro hingga manajemen industri bekerja bersama. Mereka memetakan kontur tanah, menilai stabilitas lereng, serta memperhitungkan jarak bangunan dari alur sungai dan potensi aliran material longsor.

Rektor Universitas Andalas Dr. Efa Yonnedi, SE, MPPM, Akt, CA, CRGP, menyinggung keterlibatan kampus dalam penanganan bencana sebagai bagian dari tanggung jawab moral Unand sebagai perguruan tinggi besar di SUmatera Barat. “Banjir bandang menyebabkan kerusakan berat pada permukiman warga. Sejumlah kawasan bahkan tidak lagi aman untuk dihuni karena berada di jalur aliran debris dan zona rawan bencana berulang. Dalam kondisi seperti ini, kampus harus hadir membantu masyarakat menghadirkan hunian yang aman,” ujarnya, Sabtu (27/12/25).

Ia menjelaskan, pembangunan Huntara ini diperuntukkan bagi dua warga terdampak. Penerima pertama adalah Yopi Andra, warga Batu Busuk, Kota Padang. Rumahnya hancur total akibat galodo. Hasil kajian teknis Fakultas Teknik Unand menyatakan lokasi rumah lama berada di zona bahaya sangat tinggi, sehingga relokasi menjadi satu-satunya pilihan. Huntara bagi Yopi dibangun di kawasan Sungkai, yang dinilai lebih aman secara geoteknis.

Penerima manfaat kedua adalah Syafmaludin, warga Lambung Bukik. Rumahnya mengalami rusak berat dan tidak layak huni. Berbeda dengan kasus Yopi Andra, relokasi Syafmaludin tetap dilakukan di wilayah Lambung Bukik, namun pada titik baru yang telah melalui kajian teknis mendalam. Pertimbangan utama meliputi stabilitas tanah, jarak dari sungai, serta potensi aliran material longsor.

Dekan Fakultas Teknik Unand Prof. Is Prima Nanda menegaskan bahwa pembangunan Huntara ini membawa pesan yang melampaui bangunan fisik. “Ini adalah salah satu wujud empati dan tanggung jawab sosial insan ke Teknikan di Unand. Fakultas Teknik secara khusu dan Universitas Andalas secara umum merupakan perguruan tinggi yang memiliki sumber daya keilmuan bidang rekayasa yang mampu dan harus memanfaatkan untuk membantu masyarakat, terutama ketika bencana terjadi,” katanya.

Sementara itu, Prof. Abdul Hakam menekankan bahwa keselamatan menjadi prinsip utama dalam setiap tahapan pembangunan. “Huntara dirancang agar cepat dibangun dan sederhana, tetapi tetap aman, sehat dan nyaman. Harapannya, warga dapat kembali tinggal dengan tenang dan rasa aman,” ujarnya.

Kehadiran Fakultas Teknik Unand di tengah masyarakat terdampak bencana diharapkan dapat melengkapi upaya pemerintah daerah dan nasional dalam pemulihan pascabencana. Dalam keterbatasan sumber daya, kolaborasi antara pemerintah dan perguruan tinggi menjadi salah satu kunci percepatan rehabilitasi.

Lebih dari sekadar membangun hunian sementara, langkah ini memperlihatkan peran perguruan tinggi sebagai institusi yang tidak hanya memproduksi ilmu dan manusia berpengetahuan, tetapi juga menggunakannya untuk menjawab persoalan nyata masyarakat. Di lokasi aman sekitar tanah yang pernah disapu galodo, Huntara itu kini berdiri sebagai penanda awal baru—tempat warga menata kembali kehidupan, dan bukti bahwa ilmu yang bermanfaat, berpadu dengan kepedulian dapat melahirkan harapan.(Edg)

Exit mobile version