Site icon rakyatsumbar.id

Dibalik Banjir Bandang di Bukit Batabuah, Surau An-Nur Masih Berdiri Kokoh

Surau An-Nur di Nagari Bukit Batabuah yang masih berdiri kokoh

Hujan dengan intesitas tinggi di kala senja hingga malam yang tak kunjung henti, menjeru semakin deras di atap rumah. Tetesan hujan yang tak lazim didengar dari biasanya menggerutu di telinga. Riak air yang terus menerus berkepanjangan dari dasar gunung mengeluarkan lahar dingin, amukan angin yang ikut serta menemaninya.

oleh : Suci Arma Wahyu Nasution

Jamal (50),  seorang guru olahraga, berdiri diteras Surau An-Nur Bukit Batabuah, dengan baju kaos dan sepatu boot kerja yang telah berhias lumpur, sambil mamandangi setiap sudut yang telah luluh lantak akibat tragedi banjir bandang yang terjadi tanggal 11 Mei 2024 di Bukit Batabuah, Kecamatan Candung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

“Saya tidak mengira dampaknya akan separah ini, hujan deras sekitar pukul 10 malam. Tak lama setelah itu, terdengar suara yang berhamburan dari atas Gunung Marapi, suara yang sangat berat seperti ada suatu barang yang menggelinding ke arah desa,sebut Jamal ketika diwawancarai, Rabu (15/05/2024).

Kejadian tragis sekitar pukul 11 malam itu, ketika sebagian besar orang-orang sudah terlelap pada tidurnya. Tidak ada firasat buruk dan mengerikan terpikirkan, hanya saja hujan yang semakin deras kian bercucuran tiada bersauh, lama kelamaan akibatnya sungai yang tidak kuat menampung besarnya arus, memuntahkannya ke segala penjuru negeri.

Air semakin naik ke pemukiman, batu-batu besar turun secara serentak. Tiada lagi tidur yang lelap, semuanya terbangun dan melihat air sudah masuk dari gorong-gorong menuju dalam rumah. Barang-barang dengan posisi indah yang ditata, secepat mungkin dikemas menuju tempat yang aman.

Sementara intuisi lainnya, tidak memikirkan harta dunia lagi melainkan keselamatan diri yang paling utama.

“Banjir bandang dengan ketinggian hampir 12 meter dari permukaan sungai Bukit Batabuah, menjadi banjir yang paling dahsyat selama saya tinggal disini. Bukan hanya air deras yang membanjiri rumah warga saja, batu besar bersama kayu menjadi penyebab keretakan dan hancurnya rumah-rumah warga,” sebut Jamal.

Tapi ada yang diluar nalar, dibalik hancurnya rumah-rumah warga karena hantaman banjir disertai batu-batu besar dan pohon raksasa, Surau An-Nur yang letaknya tepat disamping sungai Bukit Batabuh tetap berdiri dengan kukuh, tegak dan kuat.

Surau An-Nur Bukit Batabuah menjadi bangunan paling depan dari arah Gunung Marapi, disamping kiri surau terdapat rumah-rumah warga, di sebelah kanannya merupakan aliran Sungai Bukit Batabuah yang langsung dari Gunung Marapi, sedangkan dibelakangnya terdapat kolam ikan dan juga hamparan sawah luas.

“Pada malam kejadian, ada sebelas pemuda yang sedang melakukan musyawarah di dalam surau. Sampai pada detik-detik terjadinya banjir bandang tersebut, satu diantara sebelas pemuda menyelamatkan kendaraannya berupa mobil yang terparkir di halaman surau. Malang tak dapat dihindari, pemuda yang berusaha menyelamatkan diri dan kendaraannya itu, malah yang terbawa oleh arus banjir, sedangkan sepuluh pemuda tersebut berhasil selamat karena bertahan di dalam surau, urai Jamal.

Teriakan suara pemuda yang diseret oleh arus dapat didengar, karena pemuda tersebut melakukan sebuah siaran langsung pada ponselnya, sementara kawan-kawannya hanya dapat terdiam dan tidak bisa bertindak apapun.

Diluar nalar manusia, tempat yang dipenuhi dengan kemulian untuk beribadah kepadanya berdiri dengan gagah, tanpa ada bagian yang roboh. Sungguh kuasa Allah, rumahnya ia jaga. Surau An-Nur seperti namanya yang berarti cahaya, kilauannya terasa sejuk dipandang dari suasana kelam setelah puing-puing retakan bangunan yang mendominasi daerah sekitar.

Kayu dan batu raksasa tiada yang berani menyinggung tubuhnya, seperti ada jalur tersendiri sehingga arus air yang menghayutkan kayu dan batu itu malah menjadi pagar pelindung pada seluruh bagian surau agar air tidak masuk ke dalamnya.

Atap,dinding,teras,lantai dan bagian surau lainnya masih dengan kondisi yang elok. Sedangkan tempat lainnya, porak poranda oleh hantaman banjir bandang yang terjadi tanpa memberi isyarat apapun.

Melihat kondisi Surau An-Nur dan pemukiman warga karena bencana ini, rumah dan fasilitas di desa Bukit Batabuah telah lenyap, atap rumah telah roboh, kayu-kayu dan bebatuan raksasa berserakan di halaman pemukiman warga, lumpur yang pekat menghiasi tapak kaki.

Tetapi surau tetap kukuh, kayu yang terjun dari atas Gunung Merapi, berhenti tepat di posisi tempat imam memimipin sholat berjamaah. Tidak ada satu puing kayu atau batu yang masuk ke dalam surau, hanya rembesan air yang masukdarisela-sela pintu.

Kuasa Allah SWT terasa nyata, takdir itu keinginan sang Pencipta, segala musibah dan bencana yang terjadi adalah sebagai pengingat untuk memperbaiki tingkah laku setiap insan. (Suci Arma Wahyu Nasution/ Mahasiswa Jurusan Desain Mode ISI Padangpanjang) 

Exit mobile version