Site icon rakyatsumbar.id

Cuaca Makin Ekstrim, JPI Minta Pemerintah Proaktif Lindungi Masyarakat

Founder Jaringan Publik Indonesia (JPI), Pax Alle.

Padang, rakyatsumbar.id – Founder Jaringan Publik Indonesia (JPI), Pax Alle meminta seluruh pemerintah daerah di Sumatera Barat (Sumbar) meningkatkan sensitivitas dan kecepatan respon terhadap kondisi cuaca ekstrem yang kian meningkat beberapa hari terakhir.

Ia menegaskan bahwa update cuaca dari BMKG harus menjadi acuan dalam kebijakan daerah karena berkaitan langsung dengan keselamatan masyarakat.

Menurut data BMKG, sejumlah wilayah di Sumbar berada pada status waspada hingga siaga akibat potensi hujan lebat, angin kencang, petir, gelombang tinggi, serta ancaman banjir dan longsor. Faktor ini dipengaruhi oleh Siklon Tropis FINA di Laut Arafura dan bibit siklon 95B di Selat Malaka yang meningkatkan intensitas curah hujan di wilayah barat Sumatera.

Daerah dengan Potensi Risiko Tinggi (BMKG):

Padang Pariaman: rawan banjir bandang dan longsor di wilayah perbukitan.

Kota Padang: banjir perkotaan, gelombang tinggi di perairan Air Manis–Bungus.

Pesisir Selatan: angin kencang, kerusakan rumah nelayan, dan banjir pasang.

Agam & Limapuluh Kota: longsor dan pohon tumbang di jalur-jalur pendakian dan jalan lintas.

Kepulauan Mentawai: gelombang tinggi 2,5–4 meter, membahayakan aktivitas pelayaran.

Pasaman & Pasaman Barat: potensi hujan intensitas sedang–lebat sepanjang sore hingga malam.

Pax Alle menilai bahwa informasi ini harus direspons cepat oleh pemerintah daerah melalui aktivasi posko, pengerahan tim mitigasi, hingga sosialisasi langsung kepada warga. “Ketika BMKG sudah mengeluarkan peringatan, berarti ancamannya nyata. Bukan saatnya menunggu laporan kerusakan baru bertindak,” ujarnya.

Seruan JPI untuk Pemerintah Daerah:

1. Aktifkan Pusat Komando Darurat (Pusdalops) yang terintegrasi dengan BPBD, TNI, Polri, camat, hingga wali nagari.

2. Percepat penyebaran peringatan dini, menggunakan speaker masjid, mobil patroli, radio komunitas, WhatsApp group kelurahan, dan media lokal.

3. Tempatkan alat berat di titik rawan, khususnya jalur Padang–Bukittinggi, Padang–Solok, Malalak, dan Pesisir Selatan.

4. Inventarisasi rumah yang berada di tepi sungai dan lereng curam, serta lakukan evakuasi dini bila diperlukan.

5. Siapkan lokasi pengungsian cepat, lengkap dengan logistik dasar seperti air bersih, selimut, obat-obatan, dan dapur umum.

 

Selain itu, Pax Alle menekankan pentingnya perhatian khusus bagi kelompok rentan seperti lansia, balita, ibu hamil, serta masyarakat prasejahtera. “Ketika bencana datang, kelompok ini yang paling sulit menyelamatkan diri. Pemda harus proaktif mendata dan mengawalnya,” tegasnya.

Ia juga menyinggung masih adanya daerah yang lamban merespons walau sudah diberi peringatan BMKG sejak dini. Ia menilai hal itu dapat berakibat fatal dan merugikan masyarakat kecil. “Kita harus mengubah pola pikir: mitigasi bukan hanya menunggu bencana, tapi mencegah dampak sebelum terjadi,” katanya.

Rekomendasi JPI kepada Masyarakat:

Hindari berteduh di bawah pohon saat hujan deras disertai angin.

Waspadai aliran sungai kecil yang tiba-tiba meluap.

Nelayan diminta tidak melaut sementara waktu jika gelombang tinggi di atas 2 meter.

Masyarakat pesisir menjaga jarak aman dari bibir pantai.

Simpan nomor darurat BPBD setempat.

Menutup pernyataannya, Pax Alle menegaskan bahwa JPI selalu siap terlibat langsung dalam edukasi publik, pemantauan lapangan, dan penyebaran update cuaca bekerja sama dengan pemda serta relawan. “Cuaca makin ekstrem. Yang kita butuhkan sekarang bukan reaksi terlambat, tetapi gerakan cepat, terukur, dan menyeluruh. Keselamatan warga harus di atas segalanya,” ujarnya. (*)

Exit mobile version