Site icon rakyatsumbar.id

Alat Medis tak Tersedia, Mimi Verawati Mengerang Kesakitan Setiap Hari

Seorang perempuan bernama Mimi Verawati, hanya bisa terbaring di tempat tidur ditemani oleh ibunya, Yulia Selfia, di rumahnya. Ia tak bisa berjalan karena kedua tulang pinggulnya mengalami pengapuran, dan alat medis untuk operasi belum tersedia hingga saat ini.

Cahaya lampu tak begitu terang. Seorang perempuan terbaring tanpa daya di atas kasur. Ia hanya bisa merintih, menahan sakit di bilik yang tak terlalu besar itu.

Laporan: Handi Yanuar- Padang.

“Sakit. Bergerak sedikit saja, langsung terasa sakit. Saya tidak sanggup menahannya,” kata Mimi Verawati, 44 tahun, saat dijumpai di rumahnya, Jumat, (30/5/2025) siang.

Mimi Verawati, seorang warga beralamat di Jalan Kampung Baru Berok, nomor 104, RT 04 RW 04, Kelurahan Kurao Pagang, Kecamatan Nanggalo, Kota Padang.

Ibu dari empat orang anak itu menderita kondisi seperti itu sekira 1 tahun 3 bulan lalu, atau pasca operasi pengapuran tulang pinggul pada Februari 2024.

Kini, setiap hari Mimi hanya bisa menahan rasa sakit. Setiap helaan napasnya yang keluar hanyalah erangan kesakitan. Ia pun tak tahu kapan penderitaannya itu akan berhenti.

“Saya tak bisa duduk, dan berdiri, apalagi berjalan. Saya hanya bisa terbaring di tempat tidur,” erang Mimi terbata-bata, sambil menahan rasa sakit yang tak terkira.

Pihak keluarga Mimi mengisahkan, kondisi yang ia derita terjadi sejak Februari 2024. Semula ia merasakan sakit yang tak tertahan pada kedua sisi pinggulnya, kiri dan kanan.

Setelah itu, Mimi berobat ke Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Kartika Docta, di Jalan Gajah Mada, Padang Utara, Kota Padang, Sumbar.

Setelah menjalani pemeriksaan medis, pihak dokter di rumah sakit itu mendiagnosis Mimi mengalami pengapuran tulang pinggul, dan menganjurkan operasi.

Pada Februari 2024, Mimi menjalani operasi pertama. Tulang pinggul sebelah kiri yang pengapuran itu di angkat, lalu di ganti pen. Operasi tersebut menggunakan BJPS

Berselang lima bulan kemudian, atau pada Juli 2024, Mimi kembali menjalani operasi pengangkatan tulang pinggul di sebelah kanan, tetapi tidak di pasang pen.

“Sebelah kiri pasang pen, sebelah kanan tanpa tulang, karena pennya belum ada juga sejak bulan Juli 2024,” ucap, Yulia Selfia (67), ibunda Mimi, yang setiap hari menemani anaknya.

Akibat operasi pasang pen pertama berkemungkinan mengakibatkan infeksi, sehingga dokter belum bersedia memasang pen pada operasi kedua di pinggul kanan.

“Infeksi itu belum sembuh, mungkin itu yang menyebabkan sakit, tiap hari mengerang kesakitan,” sebut Yulia Selfia.

Lalu, dokter dari RSKB Kartika Docta tersebut merujuk Mimi ke RSUP dr. M.Djamil, Padang. Setelah itu, pada November 2024 dijadwalkan operasi.

Namun, karena pengajuan alat medis berupa Bone Spacer belum juga tersedia, sehingga operasi belum juga terlaksana hingga sekarang. Padahal, alat tersebut sangat dibutuhkan untuk membantu penyembuhan.

Mengutip dari google, Bone Spacer dalam konteks medis adalah perangkat atau bahan yang digunakan untuk menjaga ruang sendi setelah operasi penggantian sendi (arthroplasty) atau dalam kasus infeksi di sekitar sendi.

Spacer ini membantu menjaga jarak yang tepat antara tulang dan mempermudah proses penyembuhan atau pengobatan.

“Kami berharap alat medis sesuai permintaan dokter itu agar bisa terpenuhi oleh rumah sakit. Sejak November 2024 lalu belum ada juga,” ungkapnya.

Nestapa Mimi terus berlanjut. Suaminya Yandi Putra, juga mengalami sakit, dan tidak beraktivitas, sehingga tidak ada lagi yang bisa menafkahi dua anaknya yang masih sekolah.

Sementara itu, dua anaknya yang lain, masih menganggur setelah tamat sekolah. Mereka membutuhkan biaya untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

“Sekarang tidak ada yang cari nafkah, istri (Mimi) sakit, suami pun sakit. Kami berharap perhatian dari Pemerintah maupun dari rumah sakit untuk kesembuhan anak saya,” tutupnya. (*)

Exit mobile version